My Favourite Music
Kamis, 31 Juli 2014
Album Pernikahan Adek Asrofi and Siswoyo
Kota Metro, Lampung, Indonesia
Sidodadi, Sekampung, East Lampung, Lampung 34382, Indonesia
Maafkan atas segala salah dan khilafku...
Orang yang pasti tidak nyaman dalam keluarga, orang yang
pasti tidak tentram dalam bertetangga, orang yang pasti tidak nikmat dalam
bekerja adalah orang-orang yang paling busuk hatinya. Yakinlah, bahwa semakin
hati penuh kesombongan, semakin hati suka pamer, ria, penuh kedengkian,
kebencian, akan habislah seluruh waktu produktif kita hanya untuk meladeni
kebusukan hati ini. Dan sungguh sangat berbahagia bagi orang-orang yang berhati
bersih, lapang, jernih, dan lurus, karena memang suasana hidup tergantung
suasana hati. Di dalam penjara bagi orang yang berhati lapang tidak jadi
masalah. Sebaliknya, hidup di tanah lapang tapi jikalau hatinya terpenjara,
tetap akan jadi masalah.
Salah satu yang harus dilakukan agar seseorang terampil menjernihkan hati adalah kemampuan menyikapi ketika orang lain berbuat salah. Sebab,
seorang istri (kata orang2 yang sudah beristri) akan berbuat salah kepada suami, anak akan berbuat salah, tetangga kita akan
berbuat salah, teman kantor kita akan berbuat salah, atasan di kantor kita akan
berbuat salah karena memang mereka bukan malaikat. Namun sebenarnya yang jadi
masalah bukan hanya kesalahannya, yang jadi masalah adalah bagaimana kita
menyikapi kesalahan orang lain.
Sebetulnya sederhana sekali tekniknya yaitu
tanyakan pada diri sendiri, apa sih yang paling diinginkan dari sikap orang lain pada diri
kita ketika kita berbuat salah...? Kita sangat berharap agar orang lain tidak
murka kepada kita. Kita berharap agar orang lain bisa memberitahu kesalahan kita
dengan cara bijaksana. Kita berharap agar orang lain bisa bersikap santun dalam
menikapi kesalahan kita. Kita sangat tidak ingin orang lain marah besar atau
bahkan mempermalukan kita di depan umum. Kalaupun hukuman dijatuhkan, kita ingin
agar hukuman itu dijatuhkan dengan adil dan penuh etika. Kita ingin diberi
kesempatan untuk memperbaiki diri. Kita juga ingin disemangati agar bisa
berubah. Jika keinginan-keinginan ini ada pada diri kita, mengapa ketika
orang lain berbuat salah, kita malah mencaci maki, menghina, memvonis, memarahi,
bahkan tidak jarang kita mendzolimi...?
Saudaraku, seharusnya ketika ada orang lain berbuat
salah, apalagi posisi kita sebagai seorang pemimpin, maka yang harus kita
lakukan adalah dengan bersikap sabar pangkat tiga. Sabar, sabar, dan sabar.
Artinya, kalau kita jadi pemimpin, dalam skala apapun, kita harus siap untuk
dikecewakan. Mengapa...? Karena yang dipimpin kualitas pribadinya belum
tentu sesuai dengan yang memimpin. Maka, seorang pemimpin yang tidak siap
dikecewakan dia tidak akan siap memimpin.
Oleh karena itu, jika ada orang melakukan kesalahan,
maka sikap mental kita, pertama, kita harus tanya apakah orang yang berbuat salah ini
tahu atau tidak bahwa dirinya salah...? Kenapa ada orang yang berbuat salah dan
dia tidak mengerti apakah itu suatu kesalahan atau bukan. Contoh yang sederhana,
ada seorang wanita dari desa yang dibawa ke kota untuk bekerja sebagai pembantu
rumah tangga. Ketika hari-hari pertama bekerja, dia sama sekali tidak merasa
bersalah ketika kran-kran air di kamar mandi, toilet, wastafel, tidak dimatikan
sehingga meluber terbuang percuma, mengapa...? Karena di desanya pancuran air
untuk mandi tidak ada yang pakai kran, di desanya tidak ada aturan penghematan
air, di desanya juga tidak ada kewajiban membayar biaya pemakaian air ke PDAM,
sebab di desanya air masih begitu melimpah ruah. Tata nilai yang berbeda membuat
pandangan akan suatu kesalahan pun berbeda. Jadi, kalau ada orang yang berbuat
salah, tanya dululah, dia tahu tidak bahwa ini sebuah kesalahan.
Lalu, kalau dia belum tahu kesalahannya, maka kita harus
memberi tahu, bukannya malah memarahi, memaki, dan bahkan mendzolimi. Bagaimana
mungkin kita memarahi orang yang belum tahu bahwa dirinya salah, seperti halnya,
bagaimana mungkin kita memarahi anak kecil yang belum tahu tata nilai perilaku
orang dewasa seumur kita ? Misal, di rumah ada pembantu yang umurnya baru 24
tahun, sedangkan kita umurnya 48 tahun, hampir separuhnya. Bagaimana mungkin
kita menginginkan orang lain sekualitas kita, sama kemampuannya dengan kita,
sedangkan kita berbuat begini saja sudah rentang ilmu begitu panjang yang kita
pelajari, sudah rentang pengalaman begitu panjang pula yang kita lalui.
Maka tahap pertama adalah memberitahu orang yang berbuat
salah dari tidak tahu kesalahannya menjadi tahu dimana letak kesalahan dirinya.
Selalu kita bantu orang lain mengetahui kesalahannya.
Tahap kedua, kita bantu orang tersebut mengetahui jalan
keluarnya, karena ada orang yang mengetahui bahwa itu suatu masalah, tapi dia tidak tahu
harus bagaimana menyelesaikannya...? Maka, posisi kita adalah membantu orang yang
berbuat salah mengetahui jalan keluarnya.
Dan tahap yang ketiga adalah membantu orang yang berbuat
salah agar tetap bersemangat dalam memperbaiki kesalahan dirinya. Ini lebih
menyelesaikan masalah daripada mencaci, memaki, menghina, mempermalukan. Karena anak kita adalah bagian dari diri kita, istri kita adalah bagian
dari keluarga kita, saudara-saudara kita adalah bagian dari khazanah kebersamaan
kita, kenapa kita harus penuh kebencian, kedengkian, menebar kejelekan,
ngomongin kejelekan, apalagi dengan ditambah-tambah, dibeberkan aib-aibnya,
bagaimana ini...? Lalu, apa yang berharga pada diri kita...? Padahal, justru kalau
kita melihat orang lain salah, maka posisi kita adalah ikut membantu memperbaiki
kesalahannya.
Saudaraku, semestinya yang kita lakukan adalah berusaha
membantu agar orang yang berbuat salah mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Membantu orang yang berbuat salah mengetahui bahwa yang
dilakukannya adalah suatu kesalahan. Membantu orang yang berbuat salah agar ia
tahu bagaimana cara memperbaiki kesalahannya. Dan membantu orang yang berbuat
salah agar tetap bersemangat dalam memperbaiki kesalahan dirinya.
Melihat orang yang belum shalat, justru harus kita bantu
dengan mengingatkan dia tentang pentingnya shalat, membantu mengajarinya tata
cara shalat yang benar, membantu dengan mengajaknya supaya dia tetap bersemangat
untuk melaksanakan shalat secara istiqamah. Lihat pemabuk, justru harus kita
bantu supaya pemabuk itu mengenal bahayanya mabuk, membantu mengenal bagaimana
cara menghentikan aktivitas mabuk. Artinya, selalulah posisikan diri kita dalam
posisi siap membantu. Walhasil, orang-orang yang pola pikirnya selalu rindu
untuk membantu memperbaiki kesalahan orang lain, dia tidak akan pernah benci
kepada siapapun. Tentu saja ini lebih baik, dibanding orang yang hanya bisa
meremehkan, mencela, menghina, dan mencaci. Padahal orang lain berbuat
kesalahan, dan kita pun sebenarnya gudang kesalahan.
Wallohu'alam...
>>Semoga Bermanfaat<<
Kota Metro, Lampung, Indonesia
Banjar Rejo, Batanghari, East Lampung, Lampung, Indonesia
Mari Berlapang Hati...
Hati yang lapang dapat diibaratkan sebuah lapangan yang
sangat luas membentang, walaupun ada anjing, ada ular, ada kalajengking, dan ada aneka
binatang buas lainnya, pastilah lapangan akan tetap luas. Aneka binatang buas
yang ada malah makin nampak kecil dibandingkan dengan luasnya lapangan.
Sebaliknya, hati yang sempit dapat diibaratkan ketika kita berada di sebuah
kamar mandi yang sempit, baru berdua dengan tikus saja, pasti jadi masalah.
Belum lagi jika dimasukkan anjing, singa, atau harimau yang sedang lapar,
pastilah akan lebih bermasalah lagi.
Entah mengapa kita sering terjebak dalam pikiran yang
membuat hari-hari kita menjadi hari-hari yang tidak nyaman, yang membuat pikiran
kita menjadi keruh, penuh rencana-rencana buruk. Waktu demi waktu yang dilalui
sering kali diwarnai kondisi hati yang mendidih, bergolak, penuh ketidaksukaan,
terkadang kebencian, bahkan lagi dendam kesumat. Capek rasanya. Menjelang tidur,
otak berpikir keras menyusun rencana bagaimana memuntahkan kebencian dan
kedendaman yang ada di lubuk hatinya agar habis tandas terpuaskan kepada yang
dibencinya. Hari-harinya adalah hari uring-uringan makan tak enak, tidur tak
nyenyak dikarenakan seluruh konsentrasi dan energinya difokuskan untuk memuaskan
rasa bencinya ini.
Sungguh alangkah menderitanya orang-orang
yang disiksa oleh kesempitan hati. Dia akan mudah sekali tersinggung, dan kalau
sudah tersinggung seakan-akan tidak termaafkan, kecuali sudah terpuaskan dengan
melihat orang yang menyinggungnya menderita, sengsara, atau tidak berdaya.
Seringkali kita dengar orang-orang yang dililit derita
akibat rasa bencinya. Padahal ternyata yang dicontohkan para rosul, para nabi,
para ulama yang ikhlas, orang-orang yang berjiwa besar, bukanlah mencontohkan
mendendam, membenci atau busuk hati. Yang dicontohkan mereka justru
pribadi-pribadi yang berdiri kokoh bagai tembok, tegar, sama sekali tidak
terpancing oleh caci maki, cemooh, benci, dendam, dan perilaku-perilaku rendah
lainnya. Sungguh, pribadinya bagai pohon yang akarnya menghunjam ke dalam tanah,
begitu kokoh dan kuat, hingga ketika diterpa badai dan diterjang topan sekalipun, tetap
mantap tak bergeming.
Tapi orang-orang yang lemah, hanya dengan perkara-perkara
remeh sekalipun, sudah panik, amarah membara, dan dendam kesumat. Walaupun non
muslim, kita bisa mengambil pelajaran dari Abraham Lincoln (mantan Presiden
Amerika). Dia bila memilih pejabat tidak pernah memusingkan kalau pejabat yang
dipilihnya itu suka atau tidak pada dirinya, yang dia pikirkan adalah apakah
pejabat itu bisa melaksanakan tugas dengan baik atau tidak. Beberapa orang kawan
dan lawan politiknya tentu saja memanfaatkan moment ini untuk menghina, mencela,
dan bahkan menjatuhkannya, tapi ia terus tidak bergeming bahkan ia berkata dengan
arifnya,
"Kita ini adalah anak-anak dari keadaan, walau kita
berbuat kebaikan bagaimanapun juga, tetap saja akan ada orang yang mencela dan
menghina. Karena pencelaan, penghinaan bukan selamanya karena kita ini tercela
atau terhina. Pastilah dalam kehidupan ini ada saja manusia yang suka menghina
dan mencela".
Jadi, ia tidak pusing dengan hinaan
dan celaan orang lain. Nabi Muhammad, SAW adalah manusia yang paling sempurna&paling baik akhlaqnya, tapi tetap saja
pernah dihina, dicela, dan dilecehkan. Bagaimana mungkin model kita ini, tidak
ada yang menghina? Padahal sebenarnya kita ini hina betulan.
Mari kita kembali mengingat bahwa hidup kita di dunia ini hanya satu kali,
sebentar dan belum tentu panjang umur, amat rugi jikalau kita tidak bisa menjaga
suasana hati ini. Mari kita tanamkan dalam sanubari bahwa kekayaan yang paling mahal dalam mengarungi
kehidupan ini adalah suasana hati kita ini. Walaupun rumah kita sempit, tapi
kalau hati kita 'plooong' lapang akan terasa luas. Walaupun tubuh kita sakit,
tapi kalau hati kita ceria, sehat, akan terasa enak. Walaupun badan kita lemes,
tapi kalau hati kita tegar, akan terasa mantap. Walaupun mobil kita merek
murahan, motor kita modelnya sederhana, tapi kalau hati kita indah, akan tetap
terhormat. Walaupun kulit kita kehitam-hitaman, tapi kalau batinnya jelita, akan
tetap mulia. Sebaliknya, apa artinya rumah yang lapang kalau hatinya sempit...?
Apa artinya Fried Chicken, Burger, Hoka-hoka Bento, dan segala makanan enak
lainnya, kalau hati sedang membara...? Apa artinya raungan ber-AC kalau hati
mendidih...? Apa artinya mobil BMW, kalau hatinya bangsat...?
Lalu, bagaimana cara kita mengatasi perasaan-perasaan
seperti ini ? Yang pertama harus kita kondisikan dalam hati ini adalah kita
harus sangat siap untuk terkecewakan, karena hidup ini tidak akan selamanya
sesuai dengan keinginan kita. Artinya, kita harus siap oleh situasi dan kondisi
apapun, tidak boleh kita hanya siap dengan situasi yang enak saja. Kita harus
sangat siap dengan situasi dan kondisi sesulit, sepahit dan setidak enak apapun.
Seperti pepatah mengatakan, 'sedia payung sebelum hujan'. Artinya, hujan atau
tidak hujan kita siap.
Hal kedua yang harus kita lakukan kalau toh ada orang
yang mengecewakan kita, adalah dengan jangan terlalu ambil pusing, sebab kita
akan jadi rugi oleh pikiran kita sendiri. Sudah lupakan saja. Yang membagikan
rizki adalah Alloh, yang mengangkat derajat adalah Alloh, yang menghinakan juga
Alloh. Apa perlunya kita pusing dengan omongan orang, sampai 'doer' itu bibir
menghina kita, sungguh tidak akan kurang permberian Alloh kepada kita.
Mati-matian ia menghina, yakinlah kita tidak akan hina dengan penghinaan orang. Kita itu hina karena kelakuan hina kita sendiri.
Nabi SAW, dihina, tapi toh tetap cemerlang bagai intan
mutiara. Sedangkan yang menghinanya, Abu Jahal sengsara. Salman Rushdie ngumpet
tidak bisa kemana-mana, Permadi, Arswendo Atmowiloto masuk penjara. Siapa yang
menabur angin akan menuai badai. Dikisahkan ketika Nabi Isa as dihina, ia tetap
senyum, tenang, dan mantap, tidak sedikitpun ia menjawab atau membalas dengan
kata-kata kotor mengiris tajam seperti yang diucapkan si penghinanya. Ketika
ditanya oleh sahabat-sahabatnya, "Ya Rabi (Guru), kenapa engkau tidak menjawab
dengan kata-kata yang sama ketika engkau dihina, malah Baginda menjawab dengan
kebaikan ?" Nabi Isa as, menjawab : "Karena setiap orang akan menafkahkan apa
yang dimilikinya. Kalau kita memiliki keburukan, maka yang kita nafkahkan adalah
keburukan, kalau yang kita miliki kemuliaan, maka yang kita nafkahkan juga
kata-kata yang mulia."
Sungguh, seseorang itu akan menafkahkan apa-apa yang
dimilikinya. Ketika Ahnaf bin Qais dimaki-maki seseorang menjelang masuk ke
kampungnya, "Hai kamu bodoh, gila, kurang ajar!", Ahnaf bin Qais malah menjawab, "Sudah? Masih ada yang lain yang akan disampaikan? Sebentar lagi saya masuk ke
kampung Saya, kalau nanti di dengar oleh orang-orang sekampung, mungkin nanti
mereka akan dan mengeroyokmu. Ayo, kalau masih ada yang disampaikan,
sampaikanlah sekarang..."
Dikisahkan pula di zaman sahabat, ada seseorang yang
marah-marah kepada seorang sahabat nabi, "Silahkan kalau kamu ngomong lima patah
kata, saya akan jawab dengan 10 patah kata. Kamu ngomong satu kalimat, saya akan
ngomong sepuluh kalimat". Lalu dijawab dengan mantap oleh sahabat ini, "Kalau
engkau ngomong sepuluh kata, saya tidak akan ngomong satu patah kata pun".
Oleh karena itu, jangan ambil pusing, jangan dipikirin.
Dale Carnegie, dalam sebuah bukunya mengisahkan tentang seekor beruang kutup
yang ganas sekali, selalu main pukul, ada pohon kecil dicerabut, tumbang dan
dihancurkan. Di tengah amukannya, tiba-tiba ada ada seekor binatang kecil yang
lewat di depannya. Anehnya, tidak ia hantam, sehingga mungkin terlintas dalam
benak si beruang ini, "Ah, apa perlunya menghantam yang kecil-kecil, yang tidak
sebanding, yang tidak merugikan kepentingan kita".
Saudaraku, Percayalah...
Makin mudah kita tersinggung, apalagi hanya
dengan hal-hal yang sepele, akan makin sengsara hidup ini. Padahal, mau apa
hidup pakai sengsara, karena justru kita harus menjadikan orang-orang yang
menyakiti kita sebagai ladang amal, karena kalau tidak ada yang menghina,
menganiaya, atau menyakiti, kapan kita bisa memaafkan...?
Justru karena adanya lawan, ada yang menghina,
ada yang menyakiti, kita bisa memaafkan. Kalau dia masih muda, anggap saja
mungkin dia belum tahu bagaimana bersikap kepada yang tua, daripada sebel
kepadanya. Kalau dia masih kanak-kanak, pahami bahwa tata nilai kita dengan dia
berbeda, mana mungkin kita tersinggung oleh anak kecil. Kalau ada orang tua yang
memarahi kita, jangan tersinggung, mungkin dia khilaf, karena terlalu tuanya.
Yang pasti makin kita pemaaf, makin kita berhati lapang, makin bisa memahami
orang lain, maka akan makin aman dan tenteramlah hidup kita ini, Subhanalloh...
>>Semoga Bermanfaat<<
Kota Metro, Lampung, Indonesia
Banjar Rejo, Batanghari, East Lampung, Lampung, Indonesia
Rabu, 30 Juli 2014
Menikmati Kritik dan Celaan...
Kejernihan dan kekotoran hati seseorang akan tampak jelas tatkala dirinya
ditimpa kritik, celaan, atau penghinaan orang lain. Bagi orang yang lemah akal
dan imannya, niscaya akan mudah goyah dan resah. Ia akan sibuk menganiaya diri
sendiri dengan memboroskan waktu untuk memikirkan kemungkinan melakukan
pembalasan. Mungkin dengan cara-cara mengorek-ngorek pula aib lawannya tersebut
atau mencari dalih-dalih untuk membela diri, yang ternyata ujung dari
perbuatannya tersebut hanya akan membuat dirinya semakin tenggelam dalam
kesengsaraan batin dan kegelisahan.
Persis seperti orang yang sedang duduk di sebuah
kursi sementara di bawahnya ada seekor ular berbisa yang siap mematuk kakinya.
Tiba-tiba datang beberapa orang yang memberitahukan bahaya yang mengancam
dirinya itu. Yang seorang menyampaikannya dengan cara halus, sedangkan yang
lainnya dengan cara kasar. Namun, apa yang terjadi? Setelah ia mendengar
pemberitahuan itu, diambilnya sebuah pemukul, lalu dipukulkannya, bukan kepada
ular namun kepada orang-orang yang memberitahukan adanya bahaya
tersebut.
Lain halnya dengan orang yang memiliki
kejernihan hati dan ketinggian akhlak. Ketika datang badai kritik, celaan, serta
penghinaan seberat atau sedahsyat apapun, dia tetap tegar, tak goyah sedikit
pun. Malah ia justru dapat menikmati karena yakin betul bahwa semua musibah yang
menimpanya tersebut semata-mata terjadi dengan seijin Allah 'Azza wa
Jalla.
Allah tahu persis segala aib dan cela hamba-Nya dan sangat mudah bagi-Nya memberitahukan aib tersebut dengan cara apa saja dan melalui apa saja yang
dikehendaki-Nya. Terkadang terbentuk nasehat yang halus, adakalanya lewat
obrolan dan guyonan seorang teman, bahkan tak jarang berupa cacian teramat pedas
dan menyakitkan. Ia pun bisa muncul melalui lisan seorang guru, ulama, orang
tua, sahabat, adik, musuh, atau siapa saja. Terserah Allah.
Jadi, kenapa kita tidak perlu merepotkan diri membalas
orang-orang yang menjadi jalan keuntungan bagi kita? Padahal seharusnya kita
bersyukur dengan sebesar-besar syukur karena tanpa kita bayar atau kita gaji
mereka sudi meluangkan waktu memberitahu segala kejelekkan dan aib yang
mengancam amal-amal shaleh kita di akhirat kelak.
Karenanya, jangan aneh jika kita saksikan
orang-orang mulia dan ulama yang shaleh ketika dihina dan dicaci, sama sekali
tidak menunjukkan perasaan sakit hati dan keresahan. Sebaliknya, mereka malahan
bersikap penuh dengan kemuliaan, memaafkan dan bahkan mengirimkan hadiah sebagai
tanda terima kasih atas pemberitahuan ihwal aib yang justru tidak sempat
terlihat oleh dirinya sendiri, tetapi dengan penuh kesungguhan telah disampaikan
oleh orang-orang yang tidak menyukainya.
Saudaraku, bagi kita yang berlumur dosa ini, marilah kita senantiasa waspada terhadap pemberitahuan dari Allah yang setiap saat
bisa datang dengan berbagai bentuk.
Ketahuilah, ada empat bentuk sikap orang yang
menyampaikan kritik. Pertama, kritiknya benar dan caranya pun benar. Kedua,
kritiknya benar, tetapi caranya menyakitkan. Ketiga, kritiknya tidak benar namun baik cara penyampaiannya. Dan keempat, kritiknya tidak benar
dan caranya pun menyakitkan.
Bentuk kritik yang manapun datang kepada kita,
semuanya menguntungkan. Sama sekali tidak menjatuhkan kemuliaan kita dihadapan
siapapun, sekiranya sikap kita dalam menghadapinya penuh dengan kemuliaan sesuai
dengan ketentuan Allah SWT. Karena, sesungguhnya kemuliaan dan keridhaan-Nyalah
yang menjadi penentu itu.
Allah SWT berfirman, "Dan janganlah engkau
berduka cita karena perkataan mereka. Sesungguhnya kekuatan itu bagi Allah
semuanya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(QS. Yunus :
65)
Ingatlah, walaupun bergabung jin dan manusia
menghina kita, kalau Allah menghendaki kemuliaan kepada diri kita, maka tidak
akan membuat diri kita menjadi jatuh ke lembah kehinaan. Apalah artinya kekuatan
sang mahluk dibandingkan Khalik-nya? Manusia memang sering lupa bahwa qudrah dan
iradah Allah itu berada di atas segalanya. Sehingga menjadi sombong dan takabur,
seakan-akan dunia dan isinya ini berada dalam genggaman tangannya.
Na'udzubillaah...
Padahal, Allah 'Azza wa Jalla telah berfirman,
"Katakanlah, Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada
orang Kau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Kau kehendaki.
Engkau muliakan yang Kau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Kau Kehendaki.
Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala
sesuatu."
(QS. Ali ‘Imran : 26)
>>Semoga Bermanfaat<<
Kota Metro, Lampung, Indonesia
Banjar Rejo, Batanghari, East Lampung, Lampung, Indonesia
Selasa, 29 Juli 2014
SU'UDZON
Su`udzon atau
berburuk sangka dapat membuat hati kita menjadi busuk karena apapun yang kita
sangka akan mempengaruhi cara kita berfikir, cara kita bersikap dan cara kita
mengambil keputusan. Berbahagialah bagi orang-orang yang bisa berkhusnudzon atau
berbaik sangka.
"Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari kesalahan-kesalahan orang lain. Sukakah salah seorang diantara mu memakan daging saudaranya yang sudah menjadi bangkai, maka tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha menerima taubat lagi maha penyayang." (QS. Al-Hudzurot: 12)
"Aku ini bagaimana prasangka hambaku kalau ia berprasangka baik maka ia akan mendapat kebaikan, bila ia berprasangka buruk maka keburukan akan menimpanya."
Buruk sangka atau
su`udzon dapat merusak hati kita, merusak kebahagiaan kita, merusak akhlak kita,
juga merusak apa yang dijanjikan Allah kepada kita. Orang yang gemar berburuk
sangka adalah sedusta-dustanya perkataan, dalam berbaik sangka atau khusnudzon
bukannya membenarkan kesalahan tapi minimal kita jadi tenang, kalau hati sudah
tenang, pikiran jernih keputusan bisa kita ambil dengan sikap yang tepat. Tetapi
husnudzon itu hanya kepada orang yang beriman karena jika husnudzon tidak
menggunakan ilmu maka akan mendatangkan masalah buat kita.
Wanita dilarang
oleh Allah sembarang menerima tamu laki-laki, karena itu akan membuat tidak aman
dan akan mendatangkan fitnah bagi wanita tersebut. Oleh karena itu menerima tamu
di depan rumah bagi wanita bukannya menghina tamu tapi demi keamanan dan
menghindarkan fitnah dari orang lain. Jika kita berburuk sangka kepada orang dan
orangnya sudah meninggal, maka yang kita lakukan adalah bertaubat dan minta
ampun kepada Allah serta mendo`akan orang tersebut.
Semoga bermanfaat dan semoga kita
bisa memiliki hati yang jernih dan akan mengakibatkan sikap kita pun menjadi
jernih. Aamiin...
>>Semoga bermanfaat<<
Kota Metro, Lampung, Indonesia
Banjar Rejo, Batanghari, East Lampung, Lampung, Indonesia
Minggu, 27 Juli 2014
IKHLAS...
Semoga Allah
mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. Karena betapapun kita melakukan
sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, habis tenaga dan terkuras
pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di hadapan
Allah. Bertempur melawan musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai pahlawan,
ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya ingin
disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun.
Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah yang
dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi juara
adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan yang
tidak bernilai di hadapan Allah, tidak bernilai!
Ikhlas, terletak
pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat adalah
pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di
dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta dengan tiada
arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat
hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.
Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau
imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas
cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT.
Jadi ketika sedang memasukan uang ke dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita
tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran kita terfokus bagaimana agar uang yang
dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.
Apapun yang
dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas. Seperti yang
dikatakan Imam Ali bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan
pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang pembicara yang tulus
tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia akan mengupayakan
setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang disukai oleh Allah.
Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa dipertanggungjawabkan artinya.
Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita,
Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap qalbu.
Oleh karena itu,
jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak membutuhkan
rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati, Mahatahu
segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena Allah, maka
kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.
Seorang hamba yang ikhlas akan
merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena ia tidak
diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan.
Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Begitu pula
menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman. Lebih getir lagi
kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan
kecewa.
Tapi bagi seorang
hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun,
karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa
dipersembahkan. Jadi kalau saudara mengepel lantai dan di dalam hati mengharap
pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah
cibiran.
Tidak usah heran
pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup ini. Orang yang
tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia memang terlalu
banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat sesuatu, kita lupakan
perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula
disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.
Seorang hamba yang ikhlas akan
memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi
yang melimpah. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat pula dari raut muka,
tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa aman bergaul dengan
orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak curiga akan dikecoh
olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa. Setiap tumpahan kata-kata
dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap
apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia harapakan hanyalah memberikan yang
terbaik untuk siapapun.
Sungguh akan nikmat
bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Setiap kata-katanya tidak akan
bagai pisau yang akan mengiris hati. Perilakunya pun tidak akan menyudutkan dan
menyempitkan diri. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas itu punya daya gugah
dan daya ubah yang begitu dahsyat.
>> Semoga Bermanfaat <<
Kota Metro, Lampung, Indonesia
Banjar Rejo, Batanghari, East Lampung, Lampung, Indonesia
SEDEKAH
Dimanakah letak
kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah?
Dikisahkan dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut:
Tatkala Allah SWT
menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkan gunung
dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para
malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut.
Kemudian mereka
(para malaikat) bertanya?
"Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari
pada gunung?"
Allah menjawab,
"Ada, yaitu besi"
(Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata
ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat
dari besi).
Para malaikat pun
kembali bertanya,
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih
kuat dari pada besi?"
Allah yang Maha Suci
menjawab, "Ada, yaitu api"
(Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer,
dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali
para malaikat,
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat
dari pada api?"
Allah yang
Maha Agung menjawab, "Ada, yaitu air"
(Api membara sedahsyat apapun,
niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah
sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?"
Kembali bertanya para
malaikat.
Allah yang
Maha Tinggi dan Maha Sempurna menjawab, "Ada, yaitu angin"
(Air di samudera
luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi
gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau
mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena
dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat
dahsyat).
Akhirnya para
malaikat pun bertanya lagi,
"Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang
lebih dari semua itu?"
Allah yang
Maha Gagah dan Maha Dahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam
yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak
mengetahuinya."
Artinya, orang yang
paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah
tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih,
tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang
lain.
Inilah gambaran
yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai
kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi
ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian,
penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu
tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala
apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang
tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Karenanya, tidak
usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang
mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera
rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Semoga kita semua digolongkan sebgai hamba-hamba yang ahli bersedekah...
Aamiin...
>>Semoga Bermanfaat<<
Kota Metro, Lampung, Indonesia
Banjar Rejo, Batanghari, East Lampung, Lampung, Indonesia
Sabtu, 26 Juli 2014
Bismillah...
SAMUDERA BIRU
Samudera Biru...
Bebas...
Lepas...
Luas...
Tak seperti penghambaanku yang masih terbatas...
Beribu luka dosa yang makin menganga...
Tak akan terobati dengan ramuan pahala yang cuma sebelanga...
Kecuali jika Engkau sudi Yaa Robb...
Robb...
Ampuni diri ini...
Ampuni diri ini sampai sembuh kembali...
Langganan:
Postingan (Atom)