My Favourite Music
Sabtu, 25 Oktober 2014
Jumat, 17 Oktober 2014
Bulughul Maram
Hadits ke-1
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِي
الْبَحْرِ هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ أَخْرَجَهُ الْأَرْبَعَةُ وَابْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَاللَّفْظُ لَهُ
وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَرَوَاهُ مَالِكٌ وَالشَّافِعِيُّ
وَأَحْمَدُ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda tentang (air) laut. "Laut itu
airnya suci dan mensucikan, bangkainya pun halal."
Dikeluarkan oleh Imam Empat dan Ibnu Syaibah. Lafadh hadits menurut
riwayat Ibnu Syaibah dan dianggap shohih oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi.
Malik, Syafi'i dan Ahmad juga meriwayatkannya.
Derajat
Hadits:
Hadits ini shahih.
-
At Tirmidzi berkata, “hadits ini hasan shahih, Saya bertanya kepada Imam Bukhari
tentang hadits ini, beliau menjawab, “shahih””.
-
Az Zarqoni berkata di Syarh Al Muwatho’, “Hadits ini merupakan prinsip
diantara prinsip-prinsip islam, umat islam telah menerimanya, dan telah
dishahihkan oleh sekelompok ulama, diantaranya, Imam Bukhori, Al Hakim, Ibnu
Hibban, Ibnul Mandzur, At Thohawi, Al Baghowi, Al Khotthobi, Ibnu Khuzaimah, Ad
Daruquthni, Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Daqiqil ‘Ied, Ibnu Katsir, Ibnu
Hajar, dan selainnya yang melebihi 36 imam.
Kosa
kata:
- Kata البَحْر (al-bahr /laut) adalah selain daratan,
yaitu dataran yang luas dan mengandung air asin.
-
Kata الطَهُوْرُ (at-thohur) adalah air yang suci substansinya dan dapat
mensucikan yang lainnya.
-
Kata الحِلُّ (Al-hillu) yaitu halal, kebalikan haram.
-
Kata مَيْتَتُهُ (maitatuhu), yaitu hewan yang tidak
disembelih secara syariat. Yang dimaksud di sini adalah hewan yang mati di dalam
laut, dan hewan tersebut tidak bisa hidup kecuali di laut, jadi bukan semua yang
mati di laut.
Faedah
Hadits:
1. Kesucian air laut bersifat mutlak tanpa ada perincian. Airnya suci
substansinya dan dapat mensucikan yang lainnya. Seluruh ulama menyatakan
demikian kecuali sebagian kecil yang pendapatnya tidak dapat
dianggap.
2. Air laut dapat menghapus hadats besar dan kecil, serta
menghilangkan najis yang ada pada tempat yang suci baik pada badan, pakaian,
tanah, atau selainnya.
3. Air jika rasanya atau warnanya atau baunya berubah dengan sesuatu
yang suci, maka air tersebut tetap dalam keadaan sucinya selama air tersebut
masih dalam hakikatnya, sekalipun menjadi sangat asin atau sangat panas atau
sangat dingin atau sejenisnya.
4. Bangkai hewan laut halal, dan maksud bangkai di sini adalah hewan
yang mati yang tidak bisa hidup kecuali di laut.
5. Hadits ini menunjukkan tidak wajibnya membawa air yang mencukupi
untuk bersuci, walaupun dia mampu membawanya, karena para sahabat mengabarkan
bahwa mereka membawa sedikit air saja.
6. Sabdanya الطهور ماؤه (suci dan mensucikan airnya), dengan
alif lam, tidak menafikan kesucian selain air laut, sebab perkataan
tersebut sebagai jawaban atas pertanyaan tentang air laut.
7. Keutamaan menambah jawaban dalam fatwa dari suatu pertanyaan, hal
ini dilakukan jika orang yang berfatwa menduga bahwa orang yang bertanya tidak
mengetahui hukum (yang ditambahnya tersebut).
8. Ibnul Arobi berkata, “Merupakan kebaikan dalam berfatwa jika
menjawab lebih banyak dari yang ditanyakan kepadanya sebagai penyempurna faedah
dan pemberitahuan tentang ilmu yang tidak ditanyakan, dan ditekankan melakukan
hal ini ketika adanya kebutuhan ilmu tentang suatu hukum sebagaimana pada hadits
ini (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menambah "dan halal
bangkainya"), dan ini tidak dianggap membebani si penanya dengan sesuatu
yang tidak penting.
9. Imam As Syafi’i berkata, “Hadits ini merupakan setengah dari ilmu
tentang bersuci”, Ibnul Mulaqqin berkata, “Hadits ini merupakan hadits yang
agung dan prinsip diantara prinsip-prinsip bersuci, yang mencakup hukum-hukum
yang banyak dan kaidah-kaidah yang penting”.
Perbedaan
Pendapat Para Ulama
a. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa hewan laut tidak halal kecuali
ikan dengan seluruh jenisnya, adapun selain ikan yang menyerupai hewan darat,
seperti ular (laut), anjing (laut), babi (laut) dan lainnya, maka beliau
berpendapat tidak halal.
b. Pendapat Imam Ahmad yang masyhur adalah halalnya seluruh jenis
hewan laut, kecuali katak, ular, dan buaya. Katak dan ular merupakan hewan yang
menjijikkan, adapun buaya merupakan hewan bertaring yang digunakannya untuk
memangsa
c. Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat halalnya seluruh jenis
hewan laut tanpa terkecuali, keduanya berdalil dengan firman Allah ta’ala,
“Dihalalkan bagi kamu hewan buruan laut” (QS Al Maidah : 96), dan sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أُحِلَّتْ لنا مَيتَتَانِ الجراد و الحوتُ
”Dihalalkan bagi kita dua bangkai, (yaitu) belalang dan al
huut”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Di dalam “Kamus” disebutkan bahwa al huut adalah
ikan.
Juga berdasarkan
hadits pada bab ini, الحِلُّ
مَيْتـَتُهُ (halal bangkainya), maka pendapat inilah
(Imam Malik dan Imam As Syafi’i) yang lebih kuat.
Sumber: Taudihul
Ahkam min Bulughil Marom karya Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al
Bassam.
>> Semoga Bermanfaat <<
Senin, 15 September 2014
Kisah Rosululloh saw. dengan pengemis buta
“Sesungguhnya terdapat
dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah
dan ganjaran di hari kemudian.”
(QS Al-Ahzab: 2l)
Di sudut pasar kota Madinah ada seorang pengemis yahudi buta yang selalu berkata kepada orang-orang, “Jangan dekati Muhammad! Jauhi dia! Jauhi dia! Dia orang gila. Dia itu penyihir. Jika kalian mendekatinya maka kalian akan terpengaruh olehnya.”
Tak ada seorang pun yang lewat melainkan telah mendengarkan ocehannya tersebut. Begitu pula pada seseorang yang selalu menemuinya setiap hari di sana, memberinya makanan, hingga menyuapinya. Pengemis buta itu selalu menghina dan merendahkan Muhammad, Rasulullah saw, di hadapan orang yang menyuapinya itu. Tapi orang itu hanya diam, terus menyuapi pengemis buta itu hingga makanannya habis.
Hingga akhirnya beberapa saat kemudian Rasulullah saw. wafat, Kesedihan menaungi hati para sahabatnya. Suasana duka pun berlangsung amat lama bagi mereka. Seseorang yang begitu mereka cintai, mereka segani, dan begitu mereka taati telah pergi dari sisi mereka.
Hari-hari mereka lewati begitu berat tanpa Rasulullah saw. Mereka akan selalu mengenang kebersamaan mereka dengan beliau semasa hidupnya. Mereka tidak akan pernah melupakannya.
Begitulah yang tengah terjadi pada diri Abu Bakar Ash Shiddiq, seorang sahabat beliau yang mulia. Dia tidak akan pernah bisa melupakan kenangan bersama Rasulullah saw. Justru dia dengan semangat menjalankan ibadah-ibadah sunnah yang dahulu sering dilakukan Rasulullah, tentu saja di samping ibadah-ibadah yang wajib.
Suatu hari, dia pernah bertanya kepada Aisyah, putrinya, “Wahai, putriku, apakah ada amalan yang sering dilakukan Rasulullah yang belum pernah kulakukan?”
“Ya, ada, Ayah,” jawab Aisyah.
“Apa itu?” tanya Abu Bakar lagi dengan penuh rasa penasaran.
Aisyah pun mulai bercerita.
Keesokan harinya, Abu Bakar berniat menunaikan amalan itu. Dia pergi menuju sudut pasar Madinah dengan membawa sebungkus makanan. Kemudian dia berhenti di depan seorang pengemis buta yang tengah sibuk memperingatkan orang-orang untuk menjauhi Muhammad. Betapa hancur hati Abu Bakar menyaksikan aksi pengemis itu yang begitu lancang menghina Rasulullah saw. di hadapan banyak orang. Tapi dia mencoba untuk bersabar.
Abu Bakar lalu membuka bungkusan makanan yang dibawanya dari rumah. Kemudian dia mengajak pengemis itu duduk dan langsung menyuapi pengemis itu dengan tangannya.
“Kau bukan orang yang biasa memberiku makanan,” kata si pengemis buta dengan nada menghardik.
“Aku orang yang biasa,” kata Abu Bakar.
“Tidak. Kau bukan orang yang biasa ke sini untuk memberiku makanan. Apabila dia yang datang, maka tak susah tangan ini memegang dan tak susah mulutku mengunyah. Dia selalu menghaluskan terlebih dahulu makanan yang akan disuapinya ke mulutku.” Begitulah bantahan si pengemis buta.
Abu Bakar tak bisa membendung rasa harunya. Air matanya menetes tak tertahankan. Dia kemudian berkata, “Ya, benar. Aku memang bukan orang yang biasa ke sini untuk memberimu makanan. Aku adalah salah satu sahabatnya. Orang yang dulu biasa ke sini itu telah wafat.”
Abu Bakar melanjutkan perkataannya. “Tahukah kau siapa orang yang dulu biasa ke sini untuk memberimu makanan? Dia adalah Muhammad, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang yang selalu kau hina di depan orang banyak.”
Betapa terkejutnya pengemis Yahudi yang buta itu. Dia tak dapat berkata apa-apa. Air matanya perlahan berlinang membasahi kedua pipinya. Dia baru sadar betapa hinanya dirinya yang telah memperlakukan Rasulullah saw seperti itu. Padahal beliau telah berbaik hati memberinya makanan setiap hari.
“Benarkah itu?” tanya si pengemis buta setelah lama merenungi apa yang telah terjadi. “Selama ini aku telah menghinanya, memfitnahnya, bahkan di hadapannya. Tapi dia tidak pernah memarahiku. Dia sabar menghadapiku dengan berbagai macam ocehanku dan berbaik hati melumatkan makanan yang dibawanya untukku. Dia begitu mulia.” Tangisnya semakin menjadi.
Pada saat itu juga, di hadapan Abu Bakar Ash Shiddiq, pengemis Yahudi buta itu menyatakan ke-Islamannya. Akhirnya dia mengucapkan dua kalimat syahadat ‘La ilaha illallah. Muhammadar Rasulullah.’ setelah apa yang telah dilakukannya terhadap Rasulullah.
(QS Al-Ahzab: 2l)
Di sudut pasar kota Madinah ada seorang pengemis yahudi buta yang selalu berkata kepada orang-orang, “Jangan dekati Muhammad! Jauhi dia! Jauhi dia! Dia orang gila. Dia itu penyihir. Jika kalian mendekatinya maka kalian akan terpengaruh olehnya.”
Tak ada seorang pun yang lewat melainkan telah mendengarkan ocehannya tersebut. Begitu pula pada seseorang yang selalu menemuinya setiap hari di sana, memberinya makanan, hingga menyuapinya. Pengemis buta itu selalu menghina dan merendahkan Muhammad, Rasulullah saw, di hadapan orang yang menyuapinya itu. Tapi orang itu hanya diam, terus menyuapi pengemis buta itu hingga makanannya habis.
Hingga akhirnya beberapa saat kemudian Rasulullah saw. wafat, Kesedihan menaungi hati para sahabatnya. Suasana duka pun berlangsung amat lama bagi mereka. Seseorang yang begitu mereka cintai, mereka segani, dan begitu mereka taati telah pergi dari sisi mereka.
Hari-hari mereka lewati begitu berat tanpa Rasulullah saw. Mereka akan selalu mengenang kebersamaan mereka dengan beliau semasa hidupnya. Mereka tidak akan pernah melupakannya.
Begitulah yang tengah terjadi pada diri Abu Bakar Ash Shiddiq, seorang sahabat beliau yang mulia. Dia tidak akan pernah bisa melupakan kenangan bersama Rasulullah saw. Justru dia dengan semangat menjalankan ibadah-ibadah sunnah yang dahulu sering dilakukan Rasulullah, tentu saja di samping ibadah-ibadah yang wajib.
Suatu hari, dia pernah bertanya kepada Aisyah, putrinya, “Wahai, putriku, apakah ada amalan yang sering dilakukan Rasulullah yang belum pernah kulakukan?”
“Ya, ada, Ayah,” jawab Aisyah.
“Apa itu?” tanya Abu Bakar lagi dengan penuh rasa penasaran.
Aisyah pun mulai bercerita.
Keesokan harinya, Abu Bakar berniat menunaikan amalan itu. Dia pergi menuju sudut pasar Madinah dengan membawa sebungkus makanan. Kemudian dia berhenti di depan seorang pengemis buta yang tengah sibuk memperingatkan orang-orang untuk menjauhi Muhammad. Betapa hancur hati Abu Bakar menyaksikan aksi pengemis itu yang begitu lancang menghina Rasulullah saw. di hadapan banyak orang. Tapi dia mencoba untuk bersabar.
Abu Bakar lalu membuka bungkusan makanan yang dibawanya dari rumah. Kemudian dia mengajak pengemis itu duduk dan langsung menyuapi pengemis itu dengan tangannya.
“Kau bukan orang yang biasa memberiku makanan,” kata si pengemis buta dengan nada menghardik.
“Aku orang yang biasa,” kata Abu Bakar.
“Tidak. Kau bukan orang yang biasa ke sini untuk memberiku makanan. Apabila dia yang datang, maka tak susah tangan ini memegang dan tak susah mulutku mengunyah. Dia selalu menghaluskan terlebih dahulu makanan yang akan disuapinya ke mulutku.” Begitulah bantahan si pengemis buta.
Abu Bakar tak bisa membendung rasa harunya. Air matanya menetes tak tertahankan. Dia kemudian berkata, “Ya, benar. Aku memang bukan orang yang biasa ke sini untuk memberimu makanan. Aku adalah salah satu sahabatnya. Orang yang dulu biasa ke sini itu telah wafat.”
Abu Bakar melanjutkan perkataannya. “Tahukah kau siapa orang yang dulu biasa ke sini untuk memberimu makanan? Dia adalah Muhammad, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang yang selalu kau hina di depan orang banyak.”
Betapa terkejutnya pengemis Yahudi yang buta itu. Dia tak dapat berkata apa-apa. Air matanya perlahan berlinang membasahi kedua pipinya. Dia baru sadar betapa hinanya dirinya yang telah memperlakukan Rasulullah saw seperti itu. Padahal beliau telah berbaik hati memberinya makanan setiap hari.
“Benarkah itu?” tanya si pengemis buta setelah lama merenungi apa yang telah terjadi. “Selama ini aku telah menghinanya, memfitnahnya, bahkan di hadapannya. Tapi dia tidak pernah memarahiku. Dia sabar menghadapiku dengan berbagai macam ocehanku dan berbaik hati melumatkan makanan yang dibawanya untukku. Dia begitu mulia.” Tangisnya semakin menjadi.
Pada saat itu juga, di hadapan Abu Bakar Ash Shiddiq, pengemis Yahudi buta itu menyatakan ke-Islamannya. Akhirnya dia mengucapkan dua kalimat syahadat ‘La ilaha illallah. Muhammadar Rasulullah.’ setelah apa yang telah dilakukannya terhadap Rasulullah.
>>Semoga bermanfaat<<
Minggu, 17 Agustus 2014
Selamat Milad Ibundaku, Dirgahayu Indonesiaku...
Teruntuk Ibundaku Tercinta...
Selamat Milad Ibu...
Semoga USIA Ibu berkah...
Semoga REJEKI Ibu semakin bertambah...
Semoga DO'A Ibu diijabah...
Semoga Alloh ganti setiap pengorbanan ibu dengan Jannah...
Aamiin...
Minggu, 10 Agustus 2014
DARI HATI: Berkata baik atau lebih baik diam serta memuliakan...
DARI HATI: Berkata baik atau lebih baik diam serta memuliakan...: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kep...
Berkata baik atau lebih baik diam serta memuliakan tamu...
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan
barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia
memuliakan tamunya”
[Bukhari no. 6018, Muslim no. 47]
Kota Metro, Lampung, Indonesia
Banjar Rejo, Batanghari, East Lampung, Lampung, Indonesia
Rabu, 06 Agustus 2014
Profil 4 (empat) Madzhab Fiqh
Imam Abu Hanifah
Beliau adalah Nu’man bin Tsabit bin Zuthy Al Kufy, lahir pada tahun 80 H di Kufah. Beliau belajar fiqih dengan jalan talaqqi dari syaikh Hammad bin Abi Sulaiman. Ia juga berguru dengan ulama besar pada masa tabi’in, seperti; Atha’ bin Abi Rabah dan Nafi’.
Sejatinya ada ulama fiqh yang
sangat masyhur pada zamannya; seperti : Sufyan bin Sa’id Ats Tsauri, Syuraik
bin Abdurrahman An Nakha’i, dan Muhammad bin Abdirrahman bin Abi Laila. Hanya
sayangnya fiqih dan fatwa-fatwa mereka tidak dibukukan yang menyebabkan mazhab
fiqih mereka tidak dikenal pada masa sesudahnya.
Ia masih merasakan hidup pada masa 4
sahabat; Anas bin Malik, Abdullah bin Abi 'Aufa, Sahl bin Sa'ad As Saidi dan
Abu Thufail Amir bin Wailah. Imam Dzahabi yang menukil dari Khatib Al
Baghdadi didalam tarikhnya bahwasannya Abu Hanifah pernah bertemu dengan Anas
bin Malik.
Ushul mazhab Abu Hanifah yaitu: Al Qur’an,
sunnah, perkataan sahabat dan tabi’in, ijtihad, istihsan dan ‘urf.
Adapun murid-muridnya yang telah
berjasa besar dalam upaya untuk membesarkan dan menyebarkan mazhab hanafi
adalah;
- Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim Al Anshari, Lahir tahun 113 h, ia terkenal dengan pakar hadits dan sunnah. Ia pula yang pertama kali menulis kitab fiqih dalam mazhab hanafi. Seperti; kitab shalat, kitab zakat, dan lain-lain. Dan ia pula yang telah membukukan perkataan dan fatwa-fatwa Abu hanifah; seperti: Al Atsar, Al Kharaj dan perbedaan antara Abu Hanifah dan Ibnu Abi Laila. Bahkan ia pula orang yang pertama kali menulis kitab ushul fiqih pada mazhab hanafi, dan menyebarkannya kepenjuru negeri. Meninggal pada tahun 183 H.
- Muhammad bin Hasan Asy Syaibani, lahir tahun 132 H. Ia tidak lama mulazamah dengan Abu Hanifah, kemudian ia lanjutan titian ilmu dari Abu Yusuf. Ia menyebarkan mazhab hanafi di Bagdad. Wafat tahun 189 H. Karya-karyanya merupakan rujukan asasi pada mazhab ini; seperti: siyar kabir dan siyar shaghir serta Az ziyadat.
- Zufar bin Al Hudzail, yang dikenal dengan ahli hadits kemudian cenderung kepada ahli ra’yi dan begitu mumpuni dalam hal qiyas.
Imam Malik bin Anas
Beliau adalah Abu Abdillah Malik bin Anas bin Abi Amir Al Madani Al Asbahi, lahir di Madinah tahun 93 H. pada masa pemerintahan Al Walid bin Abdul Malik Al Umawi. Ia menimba ilmu dari Al A’raj, Ibnu Syihab Az Zuhri, Nafi’ dan Rabiah Ar Ra’yi. Ia lebih dikenal dengan kepakarannya dibidang hadits. Dan bahkan hadits Rasulullah saw yang paling shahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar. Kemudian hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Zuhri dari Salim dari Ibnu Umar. Lalu hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Abi Zinad dari Al A’raj dari Abi Hurairah.
Ushul mazhab Imam Malik yaitu Al Qur’an, sunnah, amalan
ahlul Madinah, perkataan sahabat, maslahah mursalah, qiyas dan saddudzarai’. Murid-muridnya yang menonjol dan berjasa mengembangkan mazhab maliki adalah:
- Abdurrahman bin Qashim, yang telah membukukan mazhab maliki.
- Abdullah bin Wahb, mulazamah dengan Imam Malik selama 20 tahun, lalu menyebarkan mazhab maliki di Mesir.
- Asy’ab bin Abdul Azis, ia mengarang sebuah kitab fiqih maliki yang bernama : Mudawwanah Asy’ab.
- Asad bin Furad, yang telah menyebarkan mazhab maliki di Maroko, dan lain-lain.
Imam Malik
meninggal dunia pada tahun 179 H.
Imam Syafi’i
Beliau adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin Sa’ib bin ‘Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Muthalib bin Abdi Manaf, nasabnya bertemu dengan Rasulullah saw di Abdi Manaf. Dilahirkan di Gaza Palestina tahun 150 H, yaitu tahun dimana Abu Hanifah berpulang keharibaan Allah swt.
Menimba ilmu fiqih dan hadits dari Imam Malik
rahimahullah, hingga sang guru meninggal dunia tahun 179 H. Dan juga ia menimba
ilmu dari Sufyan bin Uyainah, Muhammad bin Hasan, Ibrahim bin Sa’ad, Yahya bin
Hasan, Umar bin Abi Salamah dan yang lainnya. Ia menulis kitab Al Umm (fiqih)
dan Ar risalah (ushul fiqih).
Ushul mazhab Imam Syafi’i adalah Al Qur’an, sunnah,
ijma’, perkataan sahabat, dan qiyas. Mazhab Syafi’i banyak tersebar di daerah Mesir, Iraq,
Khurasan, Iran, Paris, Syam, dan lain-lain. Hanya saja mazhab
syafi’i tak mampu menembus Maroko dan Spanyol, karena yang berkembang disana
adalah mazhab maliki.
Murid-muridnya yang cukup termasyhur adalah:
- Muhyiddin An Nawawi, pengarang kitab Al Majmu’.
- Taqiyuddin Ibnu Daqiq Al ‘Id.
- Taqiyuddin As Sabki.
- Sirajuddin Al Balqini. Dan lain-lain.
Beliau kembali
keharibaan Allah swt pada tahun 204 H. di Mesir.
Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hambali)
Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdillah Al Adnani Asy Syaibani. Lahir di Bagdad tahun 164 H. Ia menimba ilmu dari Imam Syafi’i, Sufyan bin ‘Uyainah, Yahya Al Qathan, Al Walid bin Muslim, Abu Yusuf, Abdurrahman bin Mahdi, Yahya bin Ma’in, Abdurrazaq bin Hammam, Waki’ bin Al Jarrah dan lain-lain.
Beliau mulai mengumpulkan hadits-hadits dengan
sanadnya ketika ia berumur 16 tahun, namun ia belum menulisnya. Disaat ia
merasakan bahwa ajalnya telah dekat, ia mengumpulkan anak-anaknya dan
membacakan hadits kepada mereka untuk ditulis. Dan apa yang kita lihat dari
musnad Imam Ahmad sekarang ini adalah apa yang telah disusun dan ditulis oleh
puteranya Abdullah.
Syaikh Ahmad Al Banna ayahanda Hasan Al Banna asy
syahid telah mengumpulkan musnad Imam Ahmad dalam bab-bab fiqih, yang diberi
nama: Al Fathu Ar rani ‘Ala Musnad Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani.
Murid-muridnya yang cukup masyhur adalah: Shalih
dan Abdullah (keduanya adalah puteranya), Abu Daud, Abu Zur’ah, Ali Bin Al
Madini, Yahya bin Ma’in, Imam Bukhari dan Imam Muslim serta yang lainnya.
Ushul mazhabnya yaitu Al Qur’an, sunnah, fatwa-fatwa
sahabat, memilih fatwa sahabat yang lebih dekat kepada Al Qur’an dan sunnah
bila mereka berselisih, hadits mursal dan dha’if, dan qiyas.
Mazhab hanbali kurang berkembang penyebarannya
dinegeri-negeri Islam, walaupun memiliki ulama-ulama yang handal. Ibnu Khaldun
memberikan penilaian; hal yang paling asasi sebagai penyebabnya adalah karena
mazhab ini jauh dari warna ijtihad. Abu Zahrah membantah penilaian Ibnu Khaldun
dengan perkataannya; mazhab hanbali kurang mendapat sambutan karena
keberadaannya yang paling bungsu dari
mazhab yang empat, dan juga karena para pengikut imam Ahmad tidak menyukai
jabatan dan qadhi.
Dan yang ma’ruf bahwa mazhab ini berkembang
di daerah Najd secara khusus dan Saudi Arabia
secara umum. Wallahu A’lam bishawab.
>>Semoga bermanfaat<<
Hadits Tentang Niat
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab
radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
“Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya
mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang
hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan
dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.
[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad
bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan
Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam
kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1
dan Muslim no. 1907]
Selasa, 05 Agustus 2014
Minggu, 03 Agustus 2014
Lupakan Jasa dan Kebaikan Diri
Semakin kita sering
menganggap diri penuh jasa dan penuh kebaikan pada orang lain, apalagi
menginginkan orang lain tahu akan jasa dan kebaikan diri kita, lalu berharap
agar orang lain menghargai, memuji, dan membalasnya maka semua ini berarti kita
sedang membangun penjara untuk diri sendiri dan sedang mempersiapkan diri
mengarungi samudera kekecewaan dan sakit hati.
Saudaraku,
semakin banyak kita berharap sesuatu dari selain Alloh SWT, maka semakin banyak
kita akan mengalami kekecewaan. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat terjadi
tanpa izin Alloh. Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Alloh tidak
menggerakkan orang untuk menghargai, maka hati ini akan terluka dan terkecewakan
karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk. Belum lagi kerugian di
akhirat karena amal yang dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu
beramal bukan karena Alloh.
Selayaknya kita
menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan kita terhadap orang lain,
sesungguhnya bukanlah kita yang berjasa, melainkan Alloh-lah yang berbuat, dan kita
dipilih menjadi jalan terwujudnya suatu kebaikan yang sejatinya berasal dari Alloh. Sesungguhnya terpilih menjadi
jalan saja sudah lebih dari cukup karena seandainya Alloh menghendaki kebaikan
itu terwujud melalui orang lain, maka kita tidak akan mendapat
ganjarannya.
So, ketika ada
seseorang yang sakit, lalu sembuh berkat usaha seorang dokter. Maka, sebetulnya
bukan dokter yang menyembuhkan pasien tersebut, melainkan Alloh-lah yang
menyembuhkan, dan sang dokter dipilih menjadi jalan. Seharusnya dokter sangat
berterima kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang pahala
untuk mengamalkan ilmunya, juga telah menjadi jalan rizki dari Alloh baginya.
Namun, seandainya sang dokter menjadi merasa hebat karena jasanya, serta sangat
menuntut penghormatan dan balas jasa yang berlebihan maka selain memperlihatkan
kebodohan dan kekurangan imannya juga semakin tampak rendah mutu kepribadiannya
(seperti yang kita maklumi orang yang tulus dan rendah hati selalu bernilai
tinggi dan penuh pesona). Selain itu, di akhirat nanti niscaya akan termasuk
orang yang merugi karena tidak beroleh pahala ganjaran.
Juga, tidak
selayaknya seorang ibu menceritakan jasanya mulai dari mengandung, melahirkan,
mendidik, membiayai, dan lain-lain semata-mata untuk membuat sang anak merasa
berhutang budi. Apalagi jika dilakukan secara emosional dan proporsional kepada
anak-anaknya, karena hal tersebut tidak menolong mengangkat wibawa sang ibu
bahkan bisa jadi yang terjadi adalah sebaliknya. Karena sesungguhnya sang anak
sama sekali tidak memesan untuk dilahirkan oleh ibu, juga semua yang ibunya
lakukan itu adalah sudah menjadi kewajiban seorang ibu.
Saudaraku, percayalah bahwa
kemuliaan dan kehormatan serta kewibawaan seorang ibu/ bapak justru akan
bersinar-sinar seiring dengan ketulusan ibu menjalani tugas ini dengan baik,
InsyaAlloh. Alloh-lah yang akan menghujamkan rasa cinta di hati anak-anak dan
menuntunnya untuk sanggup berbalas budi.
Seorang guru juga
harus bisa menahan diri dari ujub dan merasa berjasa kepada murid-muridnya.
Karena memang kewajiban guru untuk mengajar dengan baik dan tulus. Dan memang
itulah rizki bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi guru. Karena setiap
kebaikan yang dilakukan muridnya berkah dari tuntunan sang guru akan menjadi
ganjaran tiada terputus dan dapat menjadi bekal penting untuk akhirat. Kita
boleh bercerita tentang suka duka dan keutamaan mengajar dengan niat bersyukur
bukan ujub dan takabur.
Perlu lebih
hati-hati menjaga lintasan hati dan lebih menahan diri andaikata ada salah
seorang murid kita yang sukses, jadi orang besar. Biasanya akan sangat gatal
untuk mengumumkan kepada siapapun tentang jasanya sebagai gurunya plus kadang
dengan bumbu penyedap cerita yang kalau tidak pada tempatnya akan
menggelincirkan diri dalam riya dan dosa.
Seandainya ada
sebuah mobil yang mogok lalu kita membantu mendorongnya sehingga mesinnya hidup
dan bisa jalan dengan baik. Namun ternyata sang supir sama sekali tidak
berterima kasih. Jangankan membalas jasa, bahkan menengok ke arah kita pun tidak
sama sekali. Seandainya kita merasa kecewa dan dirugikan lalu dilanjutkan dengan
acara menggerutu, menyumpahi, lalu menyesali diri plus memaki sang supir. Maka
lengkaplah kerugiannya lahir maupun batin. Dan tentu saja amal pun jadi tidak
berpahala dalam pandangan Alloh karena tidak ikhlas, yaitu hanya berharap
balasan dari makhluk.
Seharusnya yang
kita yakini sebagai rizki dan keberuntungan kita adalah takdir diri ini
diizinkan Alloh bisa mendorong mobil. Silakan dibayangkan seandainya ada mobil
yang mogok dan kita tidak mengetahuinya atau kita sedang sakit tidak berdaya,
niscaya kita tidak mendapat kesempatan beramal dengan mendorong mobil. Atau diri
ini sedang sehat perkasa tapi mobil tidak ada yang mogok, lalu kita akan
mendorong apa...?
Takdir mendorong
mobil adalah investasi besar, yakni kalau dilaksanakan penuh dengan ketulusan
niscaya Alloh yang Maha Melihat akan membalasnya dengan balasan yang
mengesankan. Bukankah kita tidak tahu kapan kita akan mendapatkan kesulitan di
perjalanan, maka takdir beramal adalah investasi.
Mari kita
bersungguh-sungguh untuk terus berbuat amal kebajikan sebanyak mungkin dan
sesegera mungkin. Setelah itu mari kita lupakan seakan kita tidak pernah
melakukannya, cukuplah Alloh yang Maha Melihat saja yang mengetahuinya. Alloh
SWT pasti menyaksikannya dengan sempurna dan membalasnya dengan balasan yang
sangat tepat baik waktu, bentuk, ataupun momentumnya. Salah satu ciri orang yang
ikhlas menurut Imam Ali adalah senang menyembunyikan amalannya bagai
menyembunyikan aib-aibnya.
Selamat berbahagia
bagi siapapun yang paling gemar beramal dan paling cepat melupakan jasa dan
kebaikan dirinya, saya percaya bahwa orang yang gemar beramal dan paling cepat melupakan jasa dan
kebaikan dirinya akan jauh lebih nikmat, lebih ringan, dan
lebih indah dalam menjalani kehidupan...
>> Semoga Bermanfaat <<
Kota Metro, Lampung, Indonesia
Banjar Rejo, Batanghari, East Lampung, Lampung, Indonesia
Sabtu, 02 Agustus 2014
Rangkuman materi SBK kelas VII Semester 1
BUDAYA
Budaya/ Kebudayaan
Beberapa tokoh mengungkapkan pengertian
budaya. Koentjaraningrat menyatakan kebudayaan berasal dari kata buddhayah, bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti “budi” atau “akal”.
Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya berasal dari kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dari budi”
atau “kemampuan yang berasal dari akal”.
Menurut Rapoport, kebudayaan
dapat dipandang sebagai latar bagi suatu tipe manusia, yang bersifat normatif
bagi kelompok tertentu, dan yang melahirkan gaya hidup tertentu yang secara
tipikal dan bermakna berbeda dengan kelompok lainnya, yang merupakan latar bagi
perwujudan kelakuan dan karya manusia, yang memberikan sumbangan bagi
terwujudnya suatu gaya hidup yang memiliki ciri khas. Sehingga, segala kelakuan
dan karya manusianya mencerminkan kebudayaan yang mempengaruhinya.
Jadi, pengertian kebudayaan adalah “keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, serta
nilai-nilai yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial, yang
disebarluaskan secara turun temurun.”
Unsur pembentuk kebudayaan yaitu: Bahasa, sistem pengetahuan, organisasi
sosial, sistem teknologi, sistem ekonomi, sistem religi, dan kesenian.
SENI
Adalah gagasan
manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu, sehingga
menghasilkan karya indah dan bermakna.
Ekspresi seni manusia di dunia ini
tidaklah sama. Adapun hal-hal yang mempengaruhi ketidaksamaan seni di dunia ini
yaitu: Perbedaan budaya, kondisi sosial,
dan alam sekitar.
Kesenian Nusantara adalah ekspresi gagasan atau perasaan manusia yang
berisi nilai-nilai budaya nusantara melalui pola kelakuan yang menghasilkan
karya yang bersifat estetis dan bermakna.
CABANG SENI
Seni Rupa adalah ungkapan gagasan atau
perasaan yang estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media titik,
garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata
dengan prinsip-prinsip tertentu.
Seni Musik adalah ungkapan gagasan atau
perasaan yang estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media suara
(manusia maupun alat) yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu.
Seni Tari adalah ungkapan gagasan atau
perasaan yang estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media gerak
tubuh manusia yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu.
Seni Drama atau Teater adalah ungkapan
gagasan atau perasaan yang estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media gerak,
suara dan rupa yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu.
PRINSIP SENI RUPA
Kesatuan (unity),
unsur-unsur dalam sebuah karya seni rupa saling bertautan. Tidak ada lagi
bagian yang berdiri sendiri.
Keseimbangan,
maksudnya adalah meskipun wujud dan jumahnya kemungkinan tidak sama, tapi
nilainya dapat seimbang, yaitu: terpusat/ sentral, diagonal, simetris, dan
asimetris.
Irama dalam seni
rupa diusahakan dengan penyusunan unsur-unsur yang ada atau pengulangan dari
unsur-unsur yang diatur. Pusat perhatian adalah unsur yang menonjol atau
berbeda dengan unsur-unsur yang ada di sekitarnya. Untuk menciptakan pusat
perhatian, kita bisa menempatkan unsur yang paling dominan.
Keselarasan
merupakan prinsip yang dipakai untuk menyatukan unsur-unsur seni rupa yang
berbeda, baik bentuk maupun warna. Keselarasan bentuk dapat diciptakan melalui
penyusunan bentuk yang saling berdekatan. Keselarasan warna dapat diperoleh
dari memadukan warna baik monokromatis
(gradasi warna), analogus (berdekatan
dalam lingkaran warna), maupun komplementer
(berlawanan dalam lingkaran warna, dari turunan warna prmer yang berbeda).
FUNGSI SENI
Sebagai Kebutuhan Pokok
Pangan (makanan)
yaitu seni menghidangan makanan (bentuk dan warna makanan dirancang sedemikian
rupa sesuai dengan cita rasa.
Sandang (pakaian)
yaitu seni merancang busana baik yang proses pembuatannya secara tradisional
maupun yang modern.
Papan (tempat
tinggal) yaitu seni bangunan (membuat desain bangunan rumah).
Sebagai Kebutuhan Sosial
Pendidikan Seni, dengan pendidikan seni maka manusia
dapat memperoleh kehalusan budi pekerti, karena seni mengolah kepekaan manusia terhadap
alam dan lingkungan sekitar serta hal-hal yang berkaitan dengan keindahan.
Keagamaan, setap agama memiliki pedoman tata cara
beribadah dan tempat beribadah.
Ritual kehidupan, dalam setiap ritual terdapat
berbagai karya sseni yang terlibat, seperti dekorasi tempat upacara, musik dan
tariannya, tatanan makanan, baju adat serta pernak-pernik ritual.
SENI RUPA TERAPAN
Seni rupa murni (fine art)
Yaitu seni rupa yang hanya
mengutamakan unsur estetis/ keindahan saja.
Seni rupa terapan (used art/ applied art)
Yaitu seni rupa yang
memiliki 2 unsur, yaitu unsur estetis/ keindahan dan unsur kegunaan/ fungsi.
Atau dengan kata lain seni rupa terapan yaitu seni rupa yang mengutamakan
fungsi kegunaan dan fungsi keindahan.
Seni rupa terapan dibagi menjadi 2, yaitu:
Seni kriya atau
kerajinan tangan seperti ukiran, anyaman, keramik, topeng, serta tekstil.
Seni desain
seperti ragam hias, produk, interior, dan eksterior.
UNSUR SENI RUPA
Titik merupakan
unsur rupa yang paling sederhana.
Garis merupakan
unsur rupa yang terbentuk dari rangkaian titik yang terjalin memanjang menjadi
satu. Ada 4 macam garis, yaitu garis lurus (bersifat tegas), garis lengkung
(berkesan lembut), garis patah-patah (berkesan kaku), dan garis spiral atau
pilin (berkesan luwes).
Bidang merupakan
unsur rupa yang terbentuk karena pertemuan beberapa garis. Ada 2 jenis bidang,
yaitu bidang geometris beraturan dan bidang non geometris.
Bentuk adalah
unsur seni rupa yang terbentuk karena ruang atau volume.
Warna merupakan
unsur yang terbuat dari pigmen (zat pewarna). Warna bisa dibedakan menjadi
tiga. Warna primer (pertama) adalah warna dasar, bukan campuran dari warna
manapun. Yang termasuk warna primer, yaitu: merah (magenta), kuning (yellow),
dan biru (cyan). Warna sekunder (kedua) terbentuk dari 2 warna primer.
Contohnya: Hijau, Ungu, dan Jingga.
Tekstur merupakan
nilai permukaan suatu benda (halus, kasar, licin, atau lainnya). Secara visual,
ada dua tekstur. Tekstur nyata yaitu bila keadaan benda saat dilihat dan diraba
sama nilainya. Tekstur semu, bila keadaan benda saat dilihat dan diraba
berbeda.
Gelap terang
merupakan keadaan suatu bidang yang dibedakan dengan warna tua dan muda yang
disebabkan oleh perbedaan warna atau pengaruh cahaya.
>> Semoga Bermanfaat <<
Kota Metro, Lampung, Indonesia
Banjar Rejo, Batanghari, East Lampung, Lampung, Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)