My Favourite Music

Jumat, 17 Oktober 2014

Bulughul Maram

Hadits ke-1

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْبَحْرِ هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ أَخْرَجَهُ الْأَرْبَعَةُ وَابْنُ أَبِي شَيْبَةَ  وَاللَّفْظُ لَهُ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَرَوَاهُ مَالِكٌ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda tentang (air) laut. "Laut itu airnya suci dan mensucikan, bangkainya pun halal."

Dikeluarkan oleh Imam Empat dan Ibnu Syaibah. Lafadh hadits menurut riwayat Ibnu Syaibah dan dianggap shohih oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi. Malik, Syafi'i dan Ahmad juga meriwayatkannya.

Derajat Hadits:

Hadits ini shahih.

- At Tirmidzi berkata, “hadits ini hasan shahih, Saya bertanya kepada Imam Bukhari tentang hadits ini, beliau menjawab, “shahih””.

- Az Zarqoni berkata di Syarh Al Muwatho’, “Hadits ini merupakan prinsip diantara prinsip-prinsip islam, umat islam telah menerimanya, dan telah dishahihkan oleh sekelompok ulama, diantaranya, Imam Bukhori, Al Hakim, Ibnu Hibban, Ibnul Mandzur, At Thohawi, Al Baghowi, Al Khotthobi, Ibnu Khuzaimah, Ad Daruquthni, Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Daqiqil ‘Ied, Ibnu Katsir, Ibnu Hajar, dan selainnya yang melebihi 36 imam.

Kosa kata:

- Kata البَحْر (al-bahr /laut) adalah selain daratan, yaitu dataran yang luas dan mengandung air asin.

- Kata الطَهُوْرُ (at-thohur) adalah air yang suci substansinya dan dapat mensucikan yang lainnya.

- Kata الحِلُّ (Al-hillu) yaitu halal, kebalikan haram.

- Kata مَيْتَتُهُ (maitatuhu), yaitu hewan yang tidak disembelih secara syariat. Yang dimaksud di sini adalah hewan yang mati di dalam laut, dan hewan tersebut tidak bisa hidup kecuali di laut, jadi bukan semua yang mati di laut.


Faedah Hadits:

1. Kesucian air laut bersifat mutlak tanpa ada perincian. Airnya suci substansinya dan dapat mensucikan yang lainnya. Seluruh ulama menyatakan demikian kecuali sebagian kecil yang pendapatnya tidak dapat dianggap.

2. Air laut dapat menghapus hadats besar dan kecil, serta menghilangkan najis yang ada pada tempat yang suci baik pada badan, pakaian, tanah, atau selainnya.

3. Air jika rasanya atau warnanya atau baunya berubah dengan sesuatu yang suci, maka air tersebut tetap dalam keadaan sucinya selama air tersebut masih dalam hakikatnya, sekalipun menjadi sangat asin atau sangat panas atau sangat dingin atau sejenisnya.

4. Bangkai hewan laut halal, dan maksud bangkai di sini adalah hewan yang mati yang tidak bisa hidup kecuali di laut.

5. Hadits ini menunjukkan tidak wajibnya membawa air yang mencukupi untuk bersuci, walaupun dia mampu membawanya, karena para sahabat mengabarkan bahwa mereka membawa sedikit air saja.

6. Sabdanya الطهور ماؤه (suci dan mensucikan airnya), dengan alif lam, tidak menafikan kesucian selain air laut, sebab perkataan tersebut sebagai jawaban atas pertanyaan tentang air laut.

7. Keutamaan menambah jawaban dalam fatwa dari suatu pertanyaan, hal ini dilakukan jika orang yang berfatwa menduga bahwa orang yang bertanya tidak mengetahui hukum (yang ditambahnya tersebut).

8. Ibnul Arobi berkata, “Merupakan kebaikan dalam berfatwa jika menjawab lebih banyak dari yang ditanyakan kepadanya sebagai penyempurna faedah dan pemberitahuan tentang ilmu yang tidak ditanyakan, dan ditekankan melakukan hal ini ketika adanya kebutuhan ilmu tentang suatu hukum sebagaimana pada hadits ini (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menambah "dan halal bangkainya"), dan ini tidak dianggap membebani si penanya dengan sesuatu yang tidak penting.

9. Imam As Syafi’i berkata, “Hadits ini merupakan setengah dari ilmu tentang bersuci”, Ibnul Mulaqqin berkata, “Hadits ini merupakan hadits yang agung dan prinsip diantara prinsip-prinsip bersuci, yang mencakup hukum-hukum yang banyak dan kaidah-kaidah yang penting”.

Perbedaan Pendapat Para Ulama

a. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa hewan laut tidak halal kecuali ikan dengan seluruh jenisnya, adapun selain ikan yang menyerupai hewan darat, seperti ular (laut), anjing (laut), babi (laut) dan lainnya, maka beliau berpendapat tidak halal.

b. Pendapat Imam Ahmad yang masyhur adalah halalnya seluruh jenis hewan laut, kecuali katak, ular, dan buaya. Katak dan ular merupakan hewan yang menjijikkan, adapun buaya merupakan hewan bertaring yang digunakannya untuk memangsa

c. Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat halalnya seluruh jenis hewan laut tanpa terkecuali, keduanya berdalil dengan firman Allah ta’ala, “Dihalalkan bagi kamu hewan buruan laut” (QS Al Maidah : 96), dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أُحِلَّتْ لنا مَيتَتَانِ الجراد و الحوتُ

”Dihalalkan bagi kita dua bangkai, (yaitu) belalang dan al huut”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Di dalam “Kamus” disebutkan bahwa al huut adalah ikan.

Juga berdasarkan hadits pada bab ini, الحِلُّ مَيْتـَتُهُ (halal bangkainya), maka pendapat inilah (Imam Malik dan Imam As Syafi’i) yang lebih kuat.

SumberTaudihul Ahkam min Bulughil Marom karya Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al Bassam.

>> Semoga Bermanfaat <<

Senin, 15 September 2014

Kisah Rosululloh saw. dengan pengemis buta

“Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di hari kemudian.”
(QS Al-Ahzab: 2l)


Di sudut pasar kota Madinah ada seorang pengemis yahudi buta yang selalu berkata kepada orang-orang, “Jangan dekati Muhammad! Jauhi dia! Jauhi dia! Dia orang gila. Dia itu penyihir. Jika kalian mendekatinya maka kalian akan terpengaruh olehnya.”

Tak ada seorang pun yang lewat melainkan telah mendengarkan ocehannya tersebut. Begitu pula pada seseorang yang selalu menemuinya setiap hari di sana, memberinya makanan, hingga menyuapinya. Pengemis buta itu selalu menghina dan merendahkan Muhammad, Rasulullah saw, di hadapan orang yang menyuapinya itu. Tapi orang itu hanya diam, terus menyuapi pengemis buta itu hingga makanannya habis.

Hingga akhirnya beberapa saat kemudian Rasulullah saw. wafat, Kesedihan menaungi hati para sahabatnya. Suasana duka pun berlangsung amat lama bagi mereka. Seseorang yang begitu mereka cintai, mereka segani, dan begitu mereka taati telah pergi dari sisi mereka.
 

Hari-hari mereka lewati begitu berat tanpa Rasulullah saw. Mereka akan selalu mengenang kebersamaan mereka dengan beliau semasa hidupnya. Mereka tidak akan pernah melupakannya.
Begitulah yang tengah terjadi pada diri Abu Bakar Ash Shiddiq, seorang sahabat beliau yang mulia. Dia tidak akan pernah bisa melupakan kenangan bersama Rasulullah saw. Justru dia dengan semangat menjalankan ibadah-ibadah sunnah yang dahulu sering dilakukan Rasulullah, tentu saja di samping ibadah-ibadah yang wajib.


Suatu hari, dia pernah bertanya kepada Aisyah, putrinya, “Wahai, putriku, apakah ada amalan yang sering dilakukan Rasulullah yang belum pernah kulakukan?”
“Ya, ada, Ayah,” jawab Aisyah.
“Apa itu?” tanya Abu Bakar lagi dengan penuh rasa penasaran.
Aisyah pun mulai bercerita.


Keesokan harinya, Abu Bakar berniat menunaikan amalan itu. Dia pergi menuju sudut pasar Madinah dengan membawa sebungkus makanan. Kemudian dia berhenti di depan seorang pengemis buta yang tengah sibuk memperingatkan orang-orang untuk menjauhi Muhammad. Betapa hancur hati Abu Bakar menyaksikan aksi pengemis itu yang begitu lancang menghina Rasulullah saw. di hadapan banyak orang. Tapi dia mencoba untuk bersabar.


Abu Bakar lalu membuka bungkusan makanan yang dibawanya dari rumah. Kemudian dia mengajak pengemis itu duduk dan langsung menyuapi pengemis itu dengan tangannya.


“Kau bukan orang yang biasa memberiku makanan,” kata si pengemis buta dengan nada menghardik.
“Aku orang yang biasa,” kata Abu Bakar.
“Tidak. Kau bukan orang yang biasa ke sini untuk memberiku makanan. Apabila dia yang datang, maka tak susah tangan ini memegang dan tak susah mulutku mengunyah. Dia selalu menghaluskan terlebih dahulu makanan yang akan disuapinya ke mulutku.” Begitulah bantahan si pengemis buta.


Abu Bakar tak bisa membendung rasa harunya. Air matanya menetes tak tertahankan. Dia kemudian berkata, “Ya, benar. Aku memang bukan orang yang biasa ke sini untuk memberimu makanan. Aku adalah salah satu sahabatnya. Orang yang dulu biasa ke sini itu telah wafat.”

Abu Bakar melanjutkan perkataannya. “Tahukah kau siapa orang yang dulu biasa ke sini untuk memberimu makanan? Dia adalah Muhammad, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang yang selalu kau hina di depan orang banyak.”


Betapa terkejutnya pengemis Yahudi yang buta itu. Dia tak dapat berkata apa-apa. Air matanya perlahan berlinang membasahi kedua pipinya. Dia baru sadar betapa hinanya dirinya yang telah memperlakukan Rasulullah saw seperti itu. Padahal beliau telah berbaik hati memberinya makanan setiap hari.


“Benarkah itu?” tanya si pengemis buta setelah lama merenungi apa yang telah terjadi. “Selama ini aku telah menghinanya, memfitnahnya, bahkan di hadapannya. Tapi dia tidak pernah memarahiku. Dia sabar menghadapiku dengan berbagai macam ocehanku dan berbaik hati melumatkan makanan yang dibawanya untukku. Dia begitu mulia.” Tangisnya semakin menjadi.


Pada saat itu juga, di hadapan Abu Bakar Ash Shiddiq, pengemis Yahudi buta itu menyatakan ke-Islamannya. Akhirnya dia mengucapkan dua kalimat syahadat ‘La ilaha illallah. Muhammadar Rasulullah.’ setelah apa yang telah dilakukannya terhadap Rasulullah.



>>Semoga bermanfaat<<

Minggu, 17 Agustus 2014

Selamat Milad Ibundaku, Dirgahayu Indonesiaku...


Teruntuk Ibundaku Tercinta...
 Selamat Milad Ibu...
Semoga USIA Ibu berkah...
Semoga REJEKI Ibu semakin bertambah...
Semoga DO'A Ibu diijabah...
Semoga Alloh ganti setiap pengorbanan ibu dengan Jannah...
Aamiin...
Dari ananda Munasir...





Minggu, 10 Agustus 2014

DARI HATI: Berkata baik atau lebih baik diam serta memuliakan...

DARI HATI: Berkata baik atau lebih baik diam serta memuliakan...: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kep...

Berkata baik atau lebih baik diam serta memuliakan tamu...

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”
[Bukhari no. 6018, Muslim no. 47]

Rabu, 06 Agustus 2014

Profil 4 (empat) Madzhab Fiqh

Imam Abu Hanifah


Beliau adalah Nu’man bin Tsabit bin Zuthy Al Kufy, lahir pada tahun 80 H di Kufah. Beliau belajar fiqih dengan jalan talaqqi dari syaikh Hammad bin Abi Sulaiman. Ia juga berguru dengan ulama besar pada masa tabi’in, seperti; Atha’ bin Abi Rabah dan Nafi’.

Sejatinya ada ulama fiqh yang sangat masyhur pada zamannya; seperti : Sufyan bin Sa’id Ats Tsauri, Syuraik bin Abdurrahman An Nakha’i, dan Muhammad bin Abdirrahman bin Abi Laila. Hanya sayangnya fiqih dan fatwa-fatwa mereka tidak dibukukan yang menyebabkan mazhab fiqih mereka tidak dikenal pada masa sesudahnya.

Ia masih merasakan hidup pada masa 4 sahabat; Anas bin Malik, Abdullah bin Abi 'Aufa, Sahl bin Sa'ad As Saidi dan Abu Thufail Amir bin Wailah. Imam Dzahabi yang menukil dari Khatib Al Baghdadi didalam tarikhnya bahwasannya Abu Hanifah pernah bertemu dengan Anas bin Malik.

Ushul mazhab Abu Hanifah yaitu: Al Qur’an, sunnah, perkataan sahabat dan tabi’in, ijtihad, istihsan dan ‘urf. 

Adapun murid-muridnya yang telah berjasa besar dalam upaya untuk membesarkan dan menyebarkan mazhab hanafi adalah;
  1. Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim Al Anshari, Lahir tahun 113 h, ia terkenal dengan pakar hadits dan sunnah. Ia pula yang pertama kali menulis kitab fiqih dalam mazhab hanafi. Seperti; kitab shalat, kitab zakat, dan lain-lain. Dan ia pula yang telah membukukan perkataan dan fatwa-fatwa Abu hanifah; seperti: Al Atsar, Al Kharaj dan perbedaan antara Abu Hanifah dan Ibnu Abi Laila. Bahkan ia pula orang yang pertama kali menulis kitab ushul fiqih pada mazhab hanafi, dan menyebarkannya kepenjuru negeri. Meninggal pada tahun 183 H.
  2. Muhammad bin Hasan Asy Syaibani, lahir tahun 132 H. Ia tidak lama mulazamah dengan Abu Hanifah, kemudian ia lanjutan titian ilmu dari Abu Yusuf. Ia menyebarkan mazhab hanafi di Bagdad. Wafat tahun 189 H. Karya-karyanya merupakan rujukan asasi pada mazhab ini; seperti: siyar kabir dan siyar shaghir serta Az ziyadat. 
  3. Zufar bin Al Hudzail, yang dikenal dengan ahli hadits kemudian cenderung kepada ahli ra’yi dan begitu mumpuni dalam hal qiyas. 
Mazhab hanafi hingga sekarang banyak menyebar di Iraq, India, China dan Iran. Abu Hanifah meninggal tahun 150 H, karena ia diracun oleh khalifah bani Abbasiyah Abu Ja’far Al Manshur, karena ia menolak menjadi qadhi pada masa pemerintahannya.

Imam Malik bin Anas


Beliau adalah Abu Abdillah Malik bin Anas bin Abi Amir Al Madani Al Asbahi, lahir di Madinah tahun 93 H. pada masa pemerintahan Al Walid bin Abdul Malik Al Umawi. Ia menimba ilmu dari Al A’raj, Ibnu Syihab Az Zuhri, Nafi’ dan Rabiah Ar Ra’yi. Ia lebih dikenal dengan kepakarannya dibidang hadits. Dan bahkan hadits Rasulullah saw yang paling shahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar. Kemudian hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Zuhri dari Salim dari Ibnu Umar. Lalu hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Abi Zinad dari Al A’raj dari Abi Hurairah. 

Ushul mazhab Imam Malik yaitu Al Qur’an, sunnah, amalan ahlul Madinah, perkataan sahabat, maslahah mursalah, qiyas dan saddudzarai’. Murid-muridnya yang menonjol dan berjasa mengembangkan mazhab maliki adalah:
  1. Abdurrahman bin Qashim, yang telah membukukan mazhab maliki. 
  2. Abdullah bin Wahb, mulazamah dengan Imam Malik selama 20 tahun, lalu menyebarkan mazhab maliki di Mesir.
  3. Asy’ab bin Abdul Azis, ia mengarang sebuah kitab fiqih maliki yang bernama : Mudawwanah Asy’ab.
  4. Asad bin Furad, yang telah menyebarkan mazhab maliki di Maroko, dan lain-lain.
Imam Malik meninggal dunia pada tahun 179 H.

Imam Syafi’i



Beliau adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin Sa’ib bin ‘Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Muthalib bin Abdi Manaf, nasabnya bertemu dengan Rasulullah saw di Abdi Manaf. Dilahirkan di Gaza Palestina tahun 150 H, yaitu tahun dimana Abu Hanifah berpulang keharibaan Allah swt. 

Menimba ilmu fiqih dan hadits dari Imam Malik rahimahullah, hingga sang guru meninggal dunia tahun 179 H. Dan juga ia menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah, Muhammad bin Hasan, Ibrahim bin Sa’ad, Yahya bin Hasan, Umar bin Abi Salamah dan yang lainnya. Ia menulis kitab Al Umm (fiqih) dan Ar risalah (ushul fiqih). 

Ushul mazhab Imam Syafi’i adalah Al Qur’an, sunnah, ijma’, perkataan sahabat, dan qiyas. Mazhab Syafi’i banyak tersebar di daerah Mesir, Iraq, Khurasan, Iran, Paris, Syam, dan lain-lain. Hanya saja mazhab syafi’i tak mampu menembus Maroko dan Spanyol, karena yang berkembang disana adalah mazhab maliki.
Murid-muridnya yang cukup termasyhur adalah: 
  1. Muhyiddin An Nawawi, pengarang kitab Al Majmu’.
  2. Taqiyuddin Ibnu Daqiq Al ‘Id.
  3. Taqiyuddin As Sabki.
  4. Sirajuddin Al Balqini. Dan lain-lain.
Beliau kembali keharibaan Allah swt pada tahun 204 H. di Mesir.


Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hambali) 



Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdillah Al Adnani Asy Syaibani. Lahir di Bagdad tahun 164 H. Ia menimba ilmu dari Imam Syafi’i, Sufyan bin ‘Uyainah, Yahya Al Qathan, Al Walid bin Muslim, Abu Yusuf, Abdurrahman bin Mahdi, Yahya bin Ma’in, Abdurrazaq bin Hammam, Waki’ bin Al Jarrah dan lain-lain.
Beliau mulai mengumpulkan hadits-hadits dengan sanadnya ketika ia berumur 16 tahun, namun ia belum menulisnya. Disaat ia merasakan bahwa ajalnya telah dekat, ia mengumpulkan anak-anaknya dan membacakan hadits kepada mereka untuk ditulis. Dan apa yang kita lihat dari musnad Imam Ahmad sekarang ini adalah apa yang telah disusun dan ditulis oleh puteranya Abdullah. 

Syaikh Ahmad Al Banna ayahanda Hasan Al Banna asy syahid telah mengumpulkan musnad Imam Ahmad dalam bab-bab fiqih, yang diberi nama: Al Fathu Ar rani ‘Ala Musnad Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani. 

Murid-muridnya yang cukup masyhur adalah: Shalih dan Abdullah (keduanya adalah puteranya), Abu Daud, Abu Zur’ah, Ali Bin Al Madini, Yahya bin Ma’in, Imam Bukhari dan Imam Muslim serta yang lainnya. 

Ushul mazhabnya yaitu Al Qur’an, sunnah, fatwa-fatwa sahabat, memilih fatwa sahabat yang lebih dekat kepada Al Qur’an dan sunnah bila mereka berselisih, hadits mursal dan dha’if, dan qiyas. 

Mazhab hanbali kurang berkembang penyebarannya dinegeri-negeri Islam, walaupun memiliki ulama-ulama yang handal. Ibnu Khaldun memberikan penilaian; hal yang paling asasi sebagai penyebabnya adalah karena mazhab ini jauh dari warna ijtihad. Abu Zahrah membantah penilaian Ibnu Khaldun dengan perkataannya; mazhab hanbali kurang mendapat sambutan karena keberadaannya yang  paling bungsu dari mazhab yang empat, dan juga karena para pengikut imam Ahmad tidak menyukai jabatan dan qadhi. 
Dan yang ma’ruf bahwa mazhab ini berkembang di daerah Najd secara khusus dan Saudi Arabia secara umum. Wallahu A’lam bishawab.
>>Semoga bermanfaat<<

Hadits Tentang Niat

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.
[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

Galeri Konser Musik Kemanusiaan Peduli Palestina

ALIPPA
(Aliansi Peduli Palestina)
Nuansa Management | DPU-DT | ANIMO


















Minggu, 03 Agustus 2014

Lupakan Jasa dan Kebaikan Diri

Semakin kita sering menganggap diri penuh jasa dan penuh kebaikan pada orang lain, apalagi menginginkan orang lain tahu akan jasa dan kebaikan diri kita, lalu berharap agar orang lain menghargai, memuji, dan membalasnya maka semua ini berarti kita sedang membangun penjara untuk diri sendiri dan sedang mempersiapkan diri mengarungi samudera kekecewaan dan sakit hati.

Saudaraku, semakin banyak kita berharap sesuatu dari selain Alloh SWT, maka semakin banyak kita akan mengalami kekecewaan. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat terjadi tanpa izin Alloh. Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Alloh tidak menggerakkan orang untuk menghargai, maka hati ini akan terluka dan terkecewakan karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk. Belum lagi kerugian di akhirat karena amal yang dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu beramal bukan karena Alloh.

Selayaknya kita menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan kita terhadap orang lain, sesungguhnya bukanlah kita yang berjasa, melainkan Alloh-lah yang berbuat, dan kita dipilih menjadi jalan terwujudnya suatu kebaikan yang sejatinya berasal dari Alloh. Sesungguhnya terpilih menjadi jalan saja sudah lebih dari cukup karena seandainya Alloh menghendaki kebaikan itu terwujud melalui orang lain, maka kita tidak akan mendapat ganjarannya.

So, ketika ada seseorang yang sakit, lalu sembuh berkat usaha seorang dokter. Maka, sebetulnya bukan dokter yang menyembuhkan pasien tersebut, melainkan Alloh-lah yang menyembuhkan, dan sang dokter dipilih menjadi jalan. Seharusnya dokter sangat berterima kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang pahala untuk mengamalkan ilmunya, juga telah menjadi jalan rizki dari Alloh baginya. Namun, seandainya sang dokter menjadi merasa hebat karena jasanya, serta sangat menuntut penghormatan dan balas jasa yang berlebihan maka selain memperlihatkan kebodohan dan kekurangan imannya juga semakin tampak rendah mutu kepribadiannya (seperti yang kita maklumi orang yang tulus dan rendah hati selalu bernilai tinggi dan penuh pesona). Selain itu, di akhirat nanti niscaya akan termasuk orang yang merugi karena tidak beroleh pahala ganjaran.


Juga, tidak selayaknya seorang ibu menceritakan jasanya mulai dari mengandung, melahirkan, mendidik, membiayai, dan lain-lain semata-mata untuk membuat sang anak merasa berhutang budi. Apalagi jika dilakukan secara emosional dan proporsional kepada anak-anaknya, karena hal tersebut tidak menolong mengangkat wibawa sang ibu bahkan bisa jadi yang terjadi adalah sebaliknya. Karena sesungguhnya sang anak sama sekali tidak memesan untuk dilahirkan oleh ibu, juga semua yang ibunya lakukan itu adalah sudah menjadi kewajiban seorang ibu.

Saudaraku, percayalah bahwa kemuliaan dan kehormatan serta kewibawaan seorang ibu/ bapak justru akan bersinar-sinar seiring dengan ketulusan ibu menjalani tugas ini dengan baik, InsyaAlloh. Alloh-lah yang akan menghujamkan rasa cinta di hati anak-anak dan menuntunnya untuk sanggup berbalas budi.

Seorang guru juga harus bisa menahan diri dari ujub dan merasa berjasa kepada murid-muridnya. Karena memang kewajiban guru untuk mengajar dengan baik dan tulus. Dan memang itulah rizki bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi guru. Karena setiap kebaikan yang dilakukan muridnya berkah dari tuntunan sang guru akan menjadi ganjaran tiada terputus dan dapat menjadi bekal penting untuk akhirat. Kita boleh bercerita tentang suka duka dan keutamaan mengajar dengan niat bersyukur bukan ujub dan takabur.

Perlu lebih hati-hati menjaga lintasan hati dan lebih menahan diri andaikata ada salah seorang murid kita yang sukses, jadi orang besar. Biasanya akan sangat gatal untuk mengumumkan kepada siapapun tentang jasanya sebagai gurunya plus kadang dengan bumbu penyedap cerita yang kalau tidak pada tempatnya akan menggelincirkan diri dalam riya dan dosa.

Seandainya ada sebuah mobil yang mogok lalu kita membantu mendorongnya sehingga mesinnya hidup dan bisa jalan dengan baik. Namun ternyata sang supir sama sekali tidak berterima kasih. Jangankan membalas jasa, bahkan menengok ke arah kita pun tidak sama sekali. Seandainya kita merasa kecewa dan dirugikan lalu dilanjutkan dengan acara menggerutu, menyumpahi, lalu menyesali diri plus memaki sang supir. Maka lengkaplah kerugiannya lahir maupun batin. Dan tentu saja amal pun jadi tidak berpahala dalam pandangan Alloh karena tidak ikhlas, yaitu hanya berharap balasan dari makhluk.

Seharusnya yang kita yakini sebagai rizki dan keberuntungan kita adalah takdir diri ini diizinkan Alloh bisa mendorong mobil. Silakan dibayangkan seandainya ada mobil yang mogok dan kita tidak mengetahuinya atau kita sedang sakit tidak berdaya, niscaya kita tidak mendapat kesempatan beramal dengan mendorong mobil. Atau diri ini sedang sehat perkasa tapi mobil tidak ada yang mogok, lalu kita akan mendorong apa...?

Takdir mendorong mobil adalah investasi besar, yakni kalau dilaksanakan penuh dengan ketulusan niscaya Alloh yang Maha Melihat akan membalasnya dengan balasan yang mengesankan. Bukankah kita tidak tahu kapan kita akan mendapatkan kesulitan di perjalanan, maka takdir beramal adalah investasi.

Mari kita bersungguh-sungguh untuk terus berbuat amal kebajikan sebanyak mungkin dan sesegera mungkin. Setelah itu mari kita lupakan seakan kita tidak pernah melakukannya, cukuplah Alloh yang Maha Melihat saja yang mengetahuinya. Alloh SWT pasti menyaksikannya dengan sempurna dan membalasnya dengan balasan yang sangat tepat baik waktu, bentuk, ataupun momentumnya. Salah satu ciri orang yang ikhlas menurut Imam Ali adalah senang menyembunyikan amalannya bagai menyembunyikan aib-aibnya.

Selamat berbahagia bagi siapapun yang paling gemar beramal dan paling cepat melupakan jasa dan kebaikan dirinya, saya percaya bahwa orang yang gemar beramal dan paling cepat melupakan jasa dan kebaikan dirinya akan jauh lebih nikmat, lebih ringan, dan lebih indah dalam menjalani kehidupan...

>> Semoga Bermanfaat <<

Sabtu, 02 Agustus 2014

Rangkuman materi SBK kelas VII Semester 1

BUDAYA
Budaya/ Kebudayaan
Beberapa tokoh mengungkapkan pengertian budaya. Koentjaraningrat menyatakan kebudayaan berasal dari kata buddhayah, bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya berasal dari kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dari budi” atau “kemampuan yang berasal dari akal”.
 


 Menurut Rapoport, kebudayaan dapat dipandang sebagai latar bagi suatu tipe manusia, yang bersifat normatif bagi kelompok tertentu, dan yang melahirkan gaya hidup tertentu yang secara tipikal dan bermakna berbeda dengan kelompok lainnya, yang merupakan latar bagi perwujudan kelakuan dan karya manusia, yang memberikan sumbangan bagi terwujudnya suatu gaya hidup yang memiliki ciri khas. Sehingga, segala kelakuan dan karya manusianya mencerminkan kebudayaan yang mempengaruhinya.
Jadi, pengertian kebudayaan adalah “keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, serta nilai-nilai yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial, yang disebarluaskan secara turun temurun.”
Unsur pembentuk kebudayaan yaitu: Bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem teknologi, sistem ekonomi, sistem religi, dan kesenian.


SENI
Adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu, sehingga menghasilkan karya indah dan bermakna.
Ekspresi seni manusia di dunia ini tidaklah sama. Adapun hal-hal yang mempengaruhi ketidaksamaan seni di dunia ini yaitu: Perbedaan budaya, kondisi sosial, dan alam sekitar.
Kesenian Nusantara adalah ekspresi gagasan atau perasaan manusia yang berisi nilai-nilai budaya nusantara melalui pola kelakuan yang menghasilkan karya yang bersifat estetis dan bermakna.


CABANG SENI


Seni Rupa adalah ungkapan gagasan atau perasaan yang estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu.






 

Seni Musik adalah ungkapan gagasan atau perasaan yang estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media suara (manusia maupun alat) yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu.







Seni Tari adalah ungkapan gagasan atau perasaan yang estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media gerak tubuh manusia yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu.







Seni Drama atau Teater adalah ungkapan gagasan atau perasaan yang estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media gerak, suara dan rupa yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu.







PRINSIP SENI RUPA
Kesatuan (unity), unsur-unsur dalam sebuah karya seni rupa saling bertautan. Tidak ada lagi bagian yang berdiri sendiri.
Keseimbangan, maksudnya adalah meskipun wujud dan jumahnya kemungkinan tidak sama, tapi nilainya dapat seimbang, yaitu: terpusat/ sentral, diagonal, simetris, dan asimetris.
Irama dalam seni rupa diusahakan dengan penyusunan unsur-unsur yang ada atau pengulangan dari unsur-unsur yang diatur. Pusat perhatian adalah unsur yang menonjol atau berbeda dengan unsur-unsur yang ada di sekitarnya. Untuk menciptakan pusat perhatian, kita bisa menempatkan unsur yang paling dominan.
Keselarasan merupakan prinsip yang dipakai untuk menyatukan unsur-unsur seni rupa yang berbeda, baik bentuk maupun warna. Keselarasan bentuk dapat diciptakan melalui penyusunan bentuk yang saling berdekatan. Keselarasan warna dapat diperoleh dari memadukan warna baik monokromatis (gradasi warna), analogus (berdekatan dalam lingkaran warna), maupun komplementer (berlawanan dalam lingkaran warna, dari turunan warna prmer yang berbeda).



FUNGSI SENI
Sebagai Kebutuhan Pokok
Pangan (makanan) yaitu seni menghidangan makanan (bentuk dan warna makanan dirancang sedemikian rupa sesuai dengan cita rasa.
Sandang (pakaian) yaitu seni merancang busana baik yang proses pembuatannya secara tradisional maupun yang modern.
Papan (tempat tinggal) yaitu seni bangunan (membuat desain bangunan rumah).

Sebagai Kebutuhan Sosial
Pendidikan Seni, dengan pendidikan seni maka manusia dapat memperoleh kehalusan budi pekerti, karena seni mengolah kepekaan manusia terhadap alam dan lingkungan sekitar serta hal-hal yang berkaitan dengan keindahan.
Keagamaan, setap agama memiliki pedoman tata cara beribadah dan tempat beribadah.
Ritual kehidupan, dalam setiap ritual terdapat berbagai karya sseni yang terlibat, seperti dekorasi tempat upacara, musik dan tariannya, tatanan makanan, baju adat serta pernak-pernik ritual.


SENI RUPA TERAPAN
Seni rupa murni (fine art)
Yaitu seni rupa yang hanya mengutamakan unsur estetis/ keindahan saja.
Seni rupa terapan (used art/ applied art)
Yaitu seni rupa yang memiliki 2 unsur, yaitu unsur estetis/ keindahan dan unsur kegunaan/ fungsi. Atau dengan kata lain seni rupa terapan yaitu seni rupa yang mengutamakan fungsi kegunaan dan fungsi keindahan.

Seni rupa terapan dibagi menjadi 2, yaitu:
Seni kriya atau kerajinan tangan seperti ukiran, anyaman, keramik, topeng, serta tekstil.
Seni desain seperti ragam hias, produk, interior, dan eksterior.


UNSUR SENI RUPA
Titik merupakan unsur rupa yang paling sederhana.
Garis merupakan unsur rupa yang terbentuk dari rangkaian titik yang terjalin memanjang menjadi satu. Ada 4 macam garis, yaitu garis lurus (bersifat tegas), garis lengkung (berkesan lembut), garis patah-patah (berkesan kaku), dan garis spiral atau pilin (berkesan luwes).
Bidang merupakan unsur rupa yang terbentuk karena pertemuan beberapa garis. Ada 2 jenis bidang, yaitu bidang geometris beraturan dan bidang non geometris.
Bentuk adalah unsur seni rupa yang terbentuk karena ruang atau volume.
Warna merupakan unsur yang terbuat dari pigmen (zat pewarna). Warna bisa dibedakan menjadi tiga. Warna primer (pertama) adalah warna dasar, bukan campuran dari warna manapun. Yang termasuk warna primer, yaitu: merah (magenta), kuning (yellow), dan biru (cyan). Warna sekunder (kedua) terbentuk dari 2 warna primer. Contohnya: Hijau, Ungu, dan Jingga.
Tekstur merupakan nilai permukaan suatu benda (halus, kasar, licin, atau lainnya). Secara visual, ada dua tekstur. Tekstur nyata yaitu bila keadaan benda saat dilihat dan diraba sama nilainya. Tekstur semu, bila keadaan benda saat dilihat dan diraba berbeda.
Gelap terang merupakan keadaan suatu bidang yang dibedakan dengan warna tua dan muda yang disebabkan oleh perbedaan warna atau pengaruh cahaya.

>> Semoga Bermanfaat <<